Beranda Agustus 2024 APNI Berencana Dirikan IME, Ekonom Senior Indef Beri Respons Positif

APNI Berencana Dirikan IME, Ekonom Senior Indef Beri Respons Positif

1872
0
Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad. (Foto: Lili Handayani)
Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad. (Foto: Lili Handayani)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA- Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) berencana mendirikan Indonesia Metal Exchange (IME) sebagai perdagangan bursa komoditas.

Sekretaris Umum (Sekum) APNI, Meidy Katrin Lengkey menerangkan, nikel menjadi salah satu komoditas yang masuk dalam IME.

“Tahun ini kita mempunyai target untuk mendirikan nikel melalui IME, mungkin ini akan lebih transparan lagi karena kalau sudah melalui IME maka mari kita transaksinya di sana saja di bursa. Hal itu akan terdata dan terintegrasi,”  ujar Meidy, beberapa waktu silam.

Ia menerangkan bahwa rencana berdirinya IME ini karena permasalahan permasalah yang dialami saat jual beli bijih nikel. Antara lain, perbedaan kadar nikel dari perhitungan kadar penambang maupun smelter yang dilakukan oleh surveyor.

Selain itu, penelusuran (tracking) atas asal usul bijih nikel ketika dijual di kawasan industri yang dikumpulkan dalam sebuah gudang menjadi satu. Sehingga tidak dapat diverifikasi asal usul bijih nikel dari penambang siapa dan dari wilayah mana terkait materi karbon sebagai standar green energy.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menyampaikan respon positif, tetapi diperlukan trust dari para buyer.

“Syaratnya itu. Buyer-nya mau gak gitu. Kita boleh membentuk disini, tapi buyer-nya siap gak gitu ya?,” ungkapnya saat ditemui nikel.co.id, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024).

Menurutnya, ini bukan soal sulit sebagai negara terbesar. Tetapi, membangun institusi baru dalam ekonomi terutama dalam konteks global. Itu bukan sekedar inisiatif baru. Tetapi buyer-nya yang memang sangat banyak sebagai pelaku global.

Indonesia metal exchange itu, ujar dia, pada dasarnya agar formulasi pembentukan harga pada produk produk perdagangan yang selama ini tidak berada di Indonesia. Contohnya Eropa dan Amerika. Terutama pada produk produk tambang Indonesia.

“Nikel dan sebagainya gitu ya. Ya, dulu kita pernah mencoba untuk katakanlah sawit ya, tetapi ternyata sampai hari ini, pembentukan itu tidak menjadi rujukan bahwa pembentukan harga, yang menjadi rujukan dalam perdagangan Internasional. Begitu, inisiatifnya bisa saja begitu ya, tetapi bahwa apakah pembentukan harga itu bisa dipercaya?. Kemudian pembentukan harga itu bisa dipatuhi oleh para pelaku. Karena ini kan soal trust buyer bukan, kita hanya sebagai produsen juga dari negara negara pembeli dari produk metal kita, gitu,” terangnya.

Ia yakin pembentukan IME ini bisa dilakukan, meski dirinya memperkirakan pembetukan tersebut membutuhkan waktu yang panjang agar lebih efektif.

“Itu perlu waktu lama, karena negara-negara lain yang duluan membuat semacam itu yaitu semacam proses bisnisnya itu butuh tahapan yang panjang gitu,” kata dia.

Tauhid mencontohkan pada saat bursa sawit akan didirikan itu lebih dari lima tahun lamanya. Dimulai dari kajian, implementasi sampai regulasi. Hingga hari ini juga para pelaku mengikut ke bursa itu harus ada pelaku bisnisnya.

Menurut dia, syarat yang harus dilakukan untuk mendirikan IME antara lain, harus ada para industri yang berkomitmen juga harus ada buyer.

“Kan pembentukan harga. Bagaimana para produsen menentukan harga kemudian ada buyer yang membelinya. Begitu ya. Jadi, kalau masih sedikit, dia gak akan mempengaruhi harga yang dibentuk dari Indonesia Metal Exchange tadi gitu. Tapi, kalau misalnya yang ikutnya besar, ya itu pasti akan leader gitu, tetapi kalau yang partisipasi dari para pelakunya itu sedikit, ya gak akan leader dari metal exchange itu tadi. Ya pasti yang pengikutnya yang di Eropa atau di Amerika. Karena para buyer-nya kan di luar lebih banyak,” tukasnya. (Lili Handayani)