NIKEL.CO.ID, JAKARTA–Pada 20 Mei, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengeluarkan rilis Indonesia Nickel Price Index (INPI) untuk komoditas bijih nikel dan nickel pig iron (NPI) dengan transaksi CIF dan FOB.
Kandungan bijih nikel 1,2% dengan transaksi CIF berada di kisaran US$22,7–26,7/dmt dengan rerata US$24,7/dmt atau stagnan 13 Mei 2024.
Bijih nikel dengan transaksi CIF kandungan 1,6% berada di kisaran US$39,6–46,9/dmt dengan rerata US$43,25/dmt atau stagnan dari 13 Mei 2024.
NPI dengan transaksi FOB mengalami kenaikan cukup besar. NPI berada pada kisaran US$117,3–117,3/dmt dengan rerata US$117,3/dmt atau naik US$0,8/dmt dari 13 Mei 2024.
Mengutip dari laman lme.com, harga nikel per 17 Mei 2024 tembus US$21.080/ton atau naik sebanyak 6.48%; sedangkan harga nikel untuk tiga bulan terakhir mencapai US$21.135/ton atau naik 0.17% dengan absolute change naik US$35,00/ton.
Dilansir dari Shanghai Metals Market, pecahnya insiden Kaledonia Baru minggu lalu akibat kerusuhan saat akibat perubah mendorong harga nikel lebih tinggi. Sentimen makro eksternal terus mendukung sektor logam non besi.
Rabu malam lalu, AS mengumumkan bahwa CPI bulan April naik 3,4% YoY, dengan pertumbuhan MoM dan YoY yang lebih rendah dari bulan Maret. Pasar meyakini bahwa data tersebut mempertahankan kemungkinan pemangkasan suku bunga the Fed pada bulan September.
Berita pada hari Kamis lalu melaporkan pecahnya insiden di Kaledonia Baru, yang mempengaruhi operasi normal perusahaan-perusahaan produksi lokal. Pasokan terganggu di sebuah tambang Australia karena faktor biaya dan faktor lainnya.
Dipengaruhi oleh beberapa peristiwa secara bersamaan, harga nikel berfluktuasi naik. Pada dasarnya, Pemerintah Indonesia belum memperbarui status persetujuan kuota bijih nikel selama dua bulan.
Namun demikian, menurut SMM, beberapa kuota telah disetujui di Indonesia, tetapi masih jauh dari memenuhi permintaan kapasitas 2024 untuk nikel olahan dan nikel sekunder. Selain itu, bijih nikel dari Kaledonia Baru dan Australia tidak dapat dipasok secara normal. Oleh karena itu, harga naik di berbagai produk dalam rantai industri nikel.
Dari sisi permintaan, permintaan baja nirkarat (stainless steel) terus melemah di Q2, sementara di sektor energi baru, meskipun permintaan dari pengguna akhir meningkat, persediaan bahan bakunya tetap tinggi, sehingga memberikan dukungan terbatas untuk permintaan bahan baku. Diperkirakan Shanghai Futures Exchange (SHFE), nikel akan berjalan antara 145.000-155.000 yuan / mt minggu ini. (Aninda)