NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia harus membuat produk jadi (end product) nikel. Jangan hanya berhenti di produk setengah jadi atau produk-antara (intermediate product).
Penegasan tersebut diungkapkan Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, saat berbincang di siniar (podcast) Obrolan Kantin Tambang, Sabtu, 6 April 2024, bertajuk “Hilirisasi Nikel: Tanggapan Sekretaris APNI dalam Strategi Menuju Indonesia Emas 2045” bersama Indonesia Mining Student Network (IMSN).
“Indonesia jangan hanya menghasilkan intermediate product. Harus juga punya satu produk yang jadi kebanggaan Indonesia, yaitu end product, seperti stainless steel, baterai atau EV,” tutur Meidy.
Indonesia, katanya menegaskan, perlu berkolaborasi dengan negara lain untuk menghasilkan barang jadi.
“Tuhan itu adil. Saya mau bikin baterai, tidak semua mineral ada di Indonesia. Kita perlu kerja sama dengan negara lain,” ujarnya.
Menurut wanita yang pernah berkecimpung di dunia tambang batu bara itu, kita harus berpikir ke masa depan. Kita harus berpikir clean energy.
“Udara, air, dan tempat hidup harus bersih. Bukan berarti tinggal di daerah tambang, tinggalnya kotor,” kata wanita kelahiran 21 April ini.
Ia menekankan, environment, social, and governance (ESG) harus diperhatikan. Ia mendorong para mahasiswa dalam episode siniar IMSN tersebut untuk terus belajar.
“Saya tidak kuliah di tambang, tapi saya lebih mengerti tambang daripada orang tambang. Asal ada kemauan, pasti ada jalan,” ungkapnya.
Terakhir, sebagai penutup, dia menegaskan pentingnya kemauan yang kita miliki untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
“Bagaimana kemauan kalian menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan negara, terutama orang-orang di sekitar kalian yang kalian sayangi. Itu yang paling penting,” pungkasnya. (Aninda)