NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pada 1 April 2024, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengeluarkan rilis Indonesian Nickel Price Index (INPI).
Untuk komoditas bijih nikel dengan kandungan 1,2%, transaksi CIF berada di kisaran US$21,3–US$25,3/dmt atau stagnan dari 25 Maret 2024. Rerata bijih nikel dengan kandungan tersebut adalah US$23,3/dmt.
Bijih nikel dengan transaksi CIF kandungan 1,6% berada di kisaran US$37,3–US$42,3/dmt atau stagnan dari 25 Maret 2024. Rerata bijih nikel dengan kandungan tersebut adalah US$39,8/dmt.
Nickel pig iron (NPI) dengan transaksi FOB berada pada kisaran US$112,6–US$112,6/dmt atau turun US$1,9/dmt dari 25 Maret 2024. Rerata NPI dengan transaksi tersebut adalah US$112,6/dmt.
Berdasarkan data dari Trading Economics pada Jumat (29/3/2024), harga nikel di pasar global terpantau US$16.568,02/mt dari sebelumnya US$16.415,06/mt.
Nikel berjangka turun ke sekitar $17.000 per ton, terendah dalam sebulan terakhir, karena kekhawatiran akan ketatnya pasokan menghilang akibat meningkatnya proses persetujuan kuota pertambangan dari produsen utama Indonesia.
Indonesia telah mengeluarkan kuota produksi sebesar 152,62 juta ton bijih nikel sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan menyelesaikan proses tersebut pada akhir Maret.
Pada 13–15 Mei 2024, APNI akan mengadakan Training of Trainers yang akan diselenggarakan di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Selain itu, pada 11–13 Juni 2024, APNI bekerja sama dengan Shanghai Metals Market (SMM) akan mengadakan Indonesia Nickel & Cobalt & EV Industry Conference 2024 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta. (Aninda)