Beranda Berita International Update INPI 4 Maret 2024: NPI Naik US$2,3/dmt

Update INPI 4 Maret 2024: NPI Naik US$2,3/dmt

3133
0
Harga INPI terbaru
Harga INPI terbaru. Dok: APNI.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA–Berdasarkan rilis Indonesia Nickel Price Index (INPI) yang dikeluarkan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), harga nikel Februari 2024 menyusut sebesar US$16.151,00/dry metrik ton (dmt) dibandingkan Januari 2023, yaitu US$16.368,88/dmt. Penyusutan ini mencapai US$217,88/dmt.

Pada 4 Maret 2024, APNI mengeluarkan rilis INPI untuk komoditas bijih nikel dengan kandungan 1,2%, transaksi CIF berada di kisaran US$20,4–US$22,4/dmt atau stagnan dari 26 Februari 2024. 

Bijih nikel dengan transaksi CIF kandungan 1,6% berada di kisaran US$33,6–US$38,6/dmt atau naik sebesar US$1,5 dari 26 Februari 2024. Nickel pig iron (NPI) dengan transaksi FOB berada pada kisaran US$115,4–US$115,4/dmt atau naik US$2,3/dmt dari 26 Februari 2024.

Walaupun kenaikannya tidak signifikan, agaknya ini memberikan sedikit angin segar bagi pelaku usaha tambang nikel. Pada minggu sebelumnya, NPI dengan transaksi FOB hanya naik sebesar US$0,5/dmt sedangkan yang lainnya stagnan.

Berdasarkan data dari Trading Economics pada Selasa (5/3/2024), harga nikel di pasar global terpantau US$17.713,50/ton dari sebelumnya US$17.441,50/ton pada Senin (4/3/2024).

Dilansir dari Trading Economics, kekhawatiran akan ketatnya pasokan masih ada karena pemerintah eksportir terbesar Indonesia menunda mengeluarkan kuota pertambangan baru, yang mendorong smelter-smelter membatasi produksi. 

Penundaan kuota produksi yang dikenal sebagai RKAB ini terkait dengan pemilihan presiden Indonesia dan perubahan masa berlaku izin menjadi tiga tahun, dari sebelumnya satu tahun. 

Sementara itu, pemain kunci lain di industri ini, Australia, telah meluncurkan langkah-langkah stimulus dan menambahkan logam ini ke dalam Daftar Mineral Kritis untuk mendukung produsen lokalnya, menyusul serangkaian penutupan pabrik pertambangan karena harga yang rendah. 

Gambaran fundamental untuk komoditas ini tetap turun, dengan pasokan yang diproyeksikan akan melampaui permintaan sebesar 239.000 metrik ton pada 2024. (Aninda)