Beranda Nikel Sekjen DEN: Kita Lihat Produksi Baterai Prekursor EV ke Depan

Sekjen DEN: Kita Lihat Produksi Baterai Prekursor EV ke Depan

3109
0
Djoko Siswanto. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
Djoko Siswanto. Dok: MNI/Aninda Lestari

NIKEL.CO.ID, Jakarta–Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM menyambut baik produksi baterai prekursor untuk electric vehicle (EV) di Tanah Air. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, mengatakan akan melihat perkembangan baterai prekursor serta memantau jalannya produksi baterai prekursor dari hulu ke hilir.

“Ya, sekarang kan sedang dibangun tuh pabrik baterai di Karawang (Jawa Barat). Kita lihat pengembangannya ke depan. Apakah dari hulu ke hilir bisa dilaksanakan? Yang jelas kita punya bahan bakunya,” ujarnya saat ditemui usai Konferensi Pers Capaian Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 Dewan Energi Nasional (DEN) pada Rabu (17/1/2024)

Pria lulusan The University of Dundee dengan gelar Master of Business Administration in Oil and Gas Management dan doktor lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) Teknik Perminyakan ini optimistis dengan produksi baterai prekursor.

“Kalau dari segi lab sudah banyak yang bisa memproduksi. Nah, sekarang bagaimana di scale up. Jadi dari skala lab itu di Serpong (Tangerang) juga sudah ada Prof. Evvy, kemudian di UNS juga sudah ada, di Solo juga bisa memproduksi bahan baku baterai ya,” lanjutnya.

Hingga saat ini, Indonesia menjadi pemasok utama nikel untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik. Baterai adalah komponen paling berharga dari kendaraan listrik yang mewakili 35 persen biaya produksi. Indonesia merupakan negara dengan prospek yang tinggi dalam bisnis otomotif. 

National Battery Research Institute (NBRI) yang didirikan oleh Prof. Dr. Evvy Kartini hingga saat ini sudah bisa memproduksi 2 kg baterai prekursor per hari. Dilansir dari artikel di nikel.co.id, Prof. Evvy mengatakan bahwa mereka membutuhkan dukungan untuk terus memproduksi baterai prekursor.

“Kita buat prekursor kan sudah kita buktikan. Yang sehari kita bisa buat 2 kg. Memang tidak ton-tonan, tapi kita bisa bikin kok. But, we need support. Untuk apa? Untuk membuktikan ke luar bahwa kita bisa,” pungkasnya. (Aninda)