NIKEL.CO.ID, 24 JANUARI 2013 – Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) yang sedang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur diperkirakan akan mulai beroperasi Mei 2024. Menyongsong mimpi Indonesia menjadi raja baterai EV dunia.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, smelter tembaga tersebut bisa mendukung cita-cita Indonesia untuk menjadi raja baterai EV di dunia.
“Tentu saja smelter ini akan menjadi bagian penting dari ekosistem EV yang sedang dicanangkan oleh pemerintah,” kata Tony dikutip cnbcindonesia, Selasa (24/1/2023).
Menurut Tony, hal itu karena baterai terbuat dari beberapa komponen utama yaitu nikel, kobalt, aluminium, tembaga, juga ada grafit dan besi. Sehingga ini merupakan bagian yang penting dari baterai EV di Indonesia.
Oleh karena itu, lanjut dia, smelter tembaga baru ini bisa mendukung energi berkelanjutan. Karena sebanyak 65 persen tembaga dunia berfungsi sebagai alat pengantar listrik.
“Tentu saja akan menjadi bahan baku penting bagi renewable energy yang dibangun di berbagai negara karena fungsi tembaga itu adalah 65% dari tembaga dunia itu digunakan untuk menghantarkan listrik,” tuturnya.
Tony juga menjelaskan bahwa katoda tembaga yang akan diproduksi dapat menunjang kebutuhan industri hilir dalam negeri dan meningkatkan pertumbuhan di hilir selain juga untuk mendukung ekosistem EV di Indonesia.
“Katoda tembaga yang diproduksi PTFI di smelter ini yang jumlahnya kira-kira 600 ribu ton per tahun. Itu bisa dikonsumsi oleh industri yang lebih hilir lagi dalam negeri. Jadi diharapkan bahwa industri yang lebih hilir lagi juga bisa tumbuh di dalam negeri, baik untuk mendukung ekosistem EV maupun juga untuk kebutuhan-kebutuhan lain dalam negeri,” jelasnya.
Hal ini merupakan strategi pemerintah dalam menciptakan ekosistem kendaraan listrik untuk mencapai cita-cita menjadi raja baterai EV dunia.
Seiring dengan itu, Asisten Deputi Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Tubagus Nugraha mengatakan, investasi didorong untuk membangun ekosistem baterai listrik dari pertambangan hingga manufaktur.
“Tujuannya untuk membentuk ekosistem industri baterai listrik dimulai dari nikel dan kobalt, namun investasi alumunium juga dibutuhkan,” kata Tubagus dalam acara IEMC 2022 dan Rapat Kerja Nasional Aspebindo di The Darmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurut Tubagus, pemerintah dalam hal ini, Kemenko Marves telah membuat pemetaan target investasi untuk pembentukan ekosistem baterai lithium. Untuk realisasi investasi harus difokuskan pada percepatan pemberian izin agar pipeline investasi yang ada bisa terwujud.
“Saat ini kami sedang berdiskusi dengan produsen utama mobil dan bahan baterai di Amerika Serikat dan Eropa untuk investasi potensial di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama Mining Industry Indonesia (MIND ID), Hendi Prio Santoso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi Vll beberapa waktu lalu mengatakan, Komisi VII DPR memberikan dukungan kepada MIND ID dalam memudahkan ekosistem kendaraan listrik untuk dapat bersaing dengan kendaraan berbahan fosil dengan pemberian insentif.
“Seperti insentif bebas pajak BBM. Kemudian, insentif dari sisi pajak barang mewah dan keringanan dari sisi pajak kendaraan bermotor,” kata Hendi.
Menurut Hendi, pemberian insentif itu akan memberikan kemudahan dan meningkatkan daya saing dalam persaingan harga yang kompetitif dalam peningkatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
“Upaya MIND ID untuk meningkatkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia akan memperoleh alternatif harga yang lebih baik,” ujarnya.
Hendi menegaskan, MIND ID dalam pelaksanaan proyek strategis pengembangan baterai kendaraan listrik oleh Indonesia Battery Corporation (IBC) selama ini telah berjalan dan dimulai dengan memproduksi kendaraan lisitrik roda dua.
“Khususnya, kita sudah mulai di IBC untuk memproduksi kendaraan listrik roda dua. Kita membutuhkan kemudahan dan insentif dari sisi perpajakan,” tegasnya. (Shiddiq)