NIKEL.CO.ID – Harga nikel menguat, Rabu (13/01/2021), dan nikel Shanghai melejit lebih dari 3%, di tengah kekhawatiran tentang gangguan pasokan di produsen bijih nikel utama dunia, New Caledonia dan Filipina.
Kontrak nikel Maret yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange ditutup melonjak 3,2% menjadi 131.180 yuan (USD20.324,12) per ton, sementara harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,9% menjadi USD17.820 per ton pada pukul 14.26 WIB, demikian laporan Reuters, di Hanoi, Rabu (13/1/2021).
Grup pertambangan asal Prancis, Eramet, memperingatkan bahwa anak perusahaan nikelnya, SLN, di produsen nikel terbesar keempat di dunia, New Caledonia, berisiko mengalami likuidasi dalam beberapa pekan jika aksi protes terus mengganggu operasinya.
Larangan penambangan oleh Pemerintah Filipina di Pulau Tumbagan, Languyan, di Provinsi Tawi-Tawi, lokasi dimana terdapat beberapa proyek nikel, meningkatkan kekhawatiran pasokan di produsen dan eksportir bijih nikel terbesar kedua di dunia itu. Namun, perintah tersebut tidak mencakup pusat nikel Filipina di wilayah Caraga.
Seorang pedagang mengatakan blokade di tambang Eramet lebih cenderung berdampak material pada pasokan nikel ketimbang larangan penambangan di Filipina.
Kredit perbankan yang baru di China menyusut pada Desember dari bulan sebelumnya, tetapi pinjaman untuk semua tahun 2020 mencapai rekor, karena bank sentral mempertahankan sikap kebijakannya yang akomodatif.
Ekonomi Amerika Serikat dapat melihat rebound yang kuat pada semester kedua tahun ini karena vaksinasi tersedia secara luas, sementara kebijakan moneter akan tetap akomodatif, tutur Presiden Bank Federal Reserve Boston, Eric Rosengren.
Logam dasar lainnya, tembaga LME naik 0,4% menjadi USD8.006,50 per ton, timbal menguat 0,7% menjadi USD2.035 per ton, sementara tembaga ShFE meningkat 0,7% menjadi 58.780 yuan per ton dan timbal melambung 2,1% menjadi 14.795 yuan per ton.
Sumber: IPOTNEWS