Beranda Berita Nasional APNI Dorong Pemanfaatan Mesin Besar untuk Tekan Emisi dan Tingkatkan Efisiensi Tambang...

APNI Dorong Pemanfaatan Mesin Besar untuk Tekan Emisi dan Tingkatkan Efisiensi Tambang Nikel

176
0
Dewan Penasihat Pertambangan APNI, Djoko Widajatno Soewanto (Foto: Dok MNI)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Dewan Pengawas Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Djoko Widajatno Soewanto, menyoroti penggunaan mesin berkapasitas besar sebagai salah satu faktor penting dalam meningkatkan efisiensi produksi dan menekan emisi di kawasan pertambangan.

Djoko mengatakan, hingga saat ini perusahaan nikel masih menyimpan cadangan dari smelter dalam lingkup bisnis perniagaan. Namun, sebagian besar area perusahaan smelter disebut belum sepenuhnya memanfaatkan mesin terbesar yang tersedia di Indonesia dan masih mengandalkan mesin berbasis fosil.

https://events.minviro.com/decarbonisation-workshop-apac-2025?hs_preview=GJvcVbTU-272478457024

“Di area pertambangan, kami mencoba mencapai penurunan emisi terbesar dengan memaksimalkan penggunaan tenaga elektrik. Ini menjadi bagian dari upaya kami untuk beralih ke operasional yang lebih hijau,” katanya di Jakarta, Rabu (26/11/2025).

Ia juga menyinggung pengembangan industri turunan, termasuk penggunaan amonium dalam proses produksi yang berkaitan dengan industri plastik. Namun, tingginya harga amonium menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, biaya untuk memproduksi amonium atau sinthesis berskala besar disebut dapat mencapai US$4,5 juta.

https://event.cnfeol.com/en/event/339

“Pertanyaannya, siapa yang siap berinvestasi untuk pengembangan ini, terutama jika kita ingin beralih ke sumber minyak yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan?” tanyanya.

Meskipun menghadapi kendala investasi dan biaya produksi, APNI menyatakan tetap berkomitmen memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mendorong pengembangan industri berbasis nikel melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.

Selain itu, ia juga menegaskan pengembangan ammonium dan industri turunannya masih memiliki prospek, namun memerlukan dukungan investasi dan kebijakan yang tepat agar dapat berjalan seiring dengan target pengurangan emisi dan transisi menuju industri hijau. (Uyun)