

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) kembali menggelar agenda tahunannya bertajuk Training to Miners (TTM) APNI 2025, yang mendapatkan respons positif dari pelaku industri tambang nasional. Salah satu peserta, Sayyid Fahdil Assegaf, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.
“Nama saya Sayyid Andi Muhammad Fadhil Assegaf dari PT Gunung Samudera Internasional. Saat ini saya menjabat sebagai technical and development di perusahaan tersebut,” ujar Sayyid saat ditemui di sela-sela acara, Kamis (21/8/2025).
Menurut dia, TTM APNI 2025 memberikan banyak manfaat bagi pelaku usaha tambang, terutama pembaruan informasi dan wawasan industri.

“Kegiatan yang dilaksanakan oleh APNI ini sangat berkembang dan informatif. Memberikan kami wawasan baru, juga upgrade informasi terbaru terkait regulasi dan kondisi dunia pertambangan saat ini,” jelasnya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor penambangan, PT Gunung Samudera Internasional merasa kegiatan seperti ini penting untuk pengembangan internal dan strategi bersaing ke depan.
“Kami berharap bisa mendapatkan informasi ter-update dan men-development hal-hal yang kami butuhkan agar tetap kompetitif di dunia pertambangan,” tambahnya.

Namun demikian, Sayyid memberikan sejumlah saran untuk penyelenggara agar acara serupa di masa depan bisa lebih optimal.
“Kegiatannya bisa lebih ditingkatkan lagi, lebih sering dilakukan, dan tema-temanya dipertajam. Supaya kami bisa mendapatkan informasi yang lebih detail tentang regulasi, isu global, dan perkembangan bisnis pertambangan,” usulnya.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi sektor tambang, khususnya terkait regulasi yang dinilainya menantang untuk pelaku usaha.

“Kegiatan APNI ini sangat berpengaruh, terutama dari sisi regulasi yang terus berkembang. Kami sebagai pengusaha dituntut untuk berpikir lebih jauh ke depan agar bisa bertahan,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa kenaikan beban seperti pajak, PNBP, dan royalti menjadi tekanan tambahan, sementara harga komoditas nikel sedang mengalami penurunan.
“Margin keuntungan dari sektor nikel makin menipis. Ini jadi tantangan besar yang harus kami carikan solusinya agar tetap bisa bertahan di industri ini,” ujarnya.

Menutup pernyataannya, dia berharap pemerintah dapat mengambil keputusan regulasi yang mempertimbangkan berbagai perspektif.
“Harapannya, pemerintah bisa melihat lebih luas, baik dari sisi pengusaha maupun pemerintah sendiri, sehingga regulasi yang dikeluarkan bisa menguntungkan semua pihak,” pungkasnya.

TTM APNI 2025 sendiri menjadi momentum penting untuk mempertemukan pelaku industri dengan pembuat kebijakan serta pemangku kepentingan lainnya dalam rangka menyelaraskan arah kebijakan dan keberlanjutan industri tambang nasional. (Shiddiq)