

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Transformasi digital di sektor industri strategis seperti pertambangan, migas, dan perkebunan membutuhkan fondasi kuat berupa konektivitas yang andal. Hal tersebut menjadi sorotan utama dalam Primacom x Hytera Business Forum 2025 bertajuk “When Innovation Meets Connectivity”, yang digelar di Swisôtel, PIK, Jakarta Utara, Selasa (5/8/2025).
Forum ini menjadi wadah diskusi antara para pelaku industri dan pemimpin teknologi dalam mengeksplorasi peran penting konektivitas digital dalam mendorong produktivitas, keselamatan kerja, serta efisiensi operasional, khususnya di area dengan keterbatasan infrastruktur jaringan.
Presiden Direktur PT Primacom, Kiki Harjadi, dalam sambutannya menegaskan bahwa konektivitas hari ini bukan sekadar soal jaringan, melainkan tulang punggung bagi keberlangsungan dan keunggulan bisnis.

“Konektivitas telah berevolusi menjadi fondasi utama dalam menjaga produktivitas dan membangun keunggulan kompetitif, terutama di sektor-sektor strategis seperti pertambangan, migas, dan logistik. Sebagai contoh, di sektor pertambangan, solusi komunikasi yang kami kembangkan mampu menurunkan fast forward time terhadap insiden lebih dari 30%,” ujar Kiki.
Ia juga menekankan pentingnya membangun ekosistem komunikasi yang inovatif dan responsif, yang menjadi alasan Primacom menggandeng Hytera, produsen teknologi two-way radio global asal Tiongkok, dalam kolaborasi strategis.
“Kami bangga memperkenalkan solusi yang merupakan kombinasi dari pengalaman Primacom sebagai penyedia solusi komunikasi sejak 1991, dan kekuatan teknologi mutakhir dari Hytera. Dalam kerja sama ini, Hytera bertindak sebagai principal dalam produksi perangkat digital handy talky, sementara Primacom sebagai platinum dealer sekaligus operator nasional layanan Digital Mobile Radio (DMR) berlisensi di Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Marketing Director PT Primacom, Domy K. Santoso, menjelaskan lebih lanjut tentang tiga pilar utama layanan Primacom, yaitu connectivity, data center & cloud, dan enterprise solutions. Ketiganya dirancang untuk menjawab tantangan industri yang beroperasi di wilayah terpencil, seperti lokasi tambang, kebun, dan pengeboran lepas pantai.
“Bayangkan jika operasional tambang harus berhenti karena tidak ada jaringan komunikasi, atau terjadi kecelakaan kerja tanpa bisa dilaporkan secara real-time. Kehilangan konektivitas bisa berarti kerugian finansial besar. Kami hadir dengan teknologi satelit, fiber optic, dan DMR untuk memastikan semua tetap terhubung,” jelas Domy.
Primacom juga menawarkan solusi smart industry berbasis AI dan IoT, seperti fleet management, CCTV berbasis kecerdasan buatan, hingga smart booth untuk efisiensi operasional. Ia menyebut bahwa layanan cloud dan data center mereka telah tersertifikasi dan dirancang untuk menjamin keamanan serta efisiensi biaya bagi perusahaan pengguna.
“Selama lebih dari tiga dekade, kami terus berkembang dan berinovasi, tapi satu hal yang tidak berubah adalah komitmen kami untuk melayani dan memperkuat industri nasional. Kami sadar tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena itu kami terus menjalin kolaborasi strategis, salah satunya dengan Hytera yang telah hadir di lebih dari 120 negara,” tambahnya.

Forum ini juga menampilkan sesi diskusi panel dan experience booth di mana para peserta dapat mencoba langsung fitur Push-to-Talk Over Cellular dan berinteraksi dengan tim teknis Primacom dan Hytera.
Kolaborasi antara Primacom dan Hytera diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di berbagai sektor, khususnya di kawasan operasional dengan keterbatasan jaringan. Solusi berbasis mission critical communication menjadi jawaban nyata atas kebutuhan akan konektivitas yang stabil, aman, dan efisien.
Acara ini menjadi momentum penting bagi pelaku industri untuk memahami peran vital teknologi dalam menjawab tantangan operasional, sekaligus membangun masa depan industri Indonesia yang lebih cerdas, terhubung, dan tangguh. (Shiddiq)