
NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Indonesia resmi menjadi produsen nikel terbesar di dunia dengan kontribusi lebih dari 63% terhadap pasokan global sejak tahun 2022. Namun di balik prestasi ini, Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, memperingatkan ancaman serius berupa oversupply dan tantangan penerapan standar global yang tidak selalu cocok dengan kondisi lokal.
Hal ini disampaikan Meidy saat menjadi pembicara utama dalam Kick Off Harita Nickel Journalism Award (HNJA) 2025 yang digelar di Hotel AONE, Jakarta, Jumat (4/7/2025).
“Produksi kita memang luar biasa, tapi kalau tidak seimbang dengan permintaan global, justru bisa menjadi bumerang,” ujar Meidy di hadapan peserta yang mayoritas jurnalis dan perwakilan industri tambang.
Menurut Meidy, tekanan dunia internasional terhadap penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) makin kuat, namun pendekatannya dinilai belum sepenuhnya mempertimbangkan realitas lokal di Indonesia.
“Jangan semua disamaratakan. ESG harus kontekstual, tidak bisa hanya copy-paste dari Eropa atau Amerika ke Papua atau Halmahera,” katanya.
Ia juga menekankan peran penting media dalam membentuk persepsi publik dan menjaga stabilitas industri. Meidy menyayangkan masih banyak pemberitaan tambang yang bersifat sepihak dan bombastis.
“Saya minta teman-teman media, judul kalian itu bisa memicu kerusuhan sosial. Tolong verifikasi sebelum tayang,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Meidy juga menyampaikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan seperti Harita Nickel yang dinilai berhasil menerapkan hilirisasi dan menyerap tenaga kerja lokal secara signifikan.
“Hilirisasi bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal kedaulatan sumber daya. Harita salah satu contoh baik,” tambahnya.
Harita Nickel Journalism Award 2025 adalah ajang tahunan yang mendorong praktik jurnalisme berkualitas dan berimbang dalam isu-isu energi, lingkungan, dan pertambangan. Tahun ini, program diperluas dengan pelatihan dan kunjungan lapangan agar jurnalis bisa memahami langsung realita di balik industri nikel. (Shiddiq/Lily)