Beranda Berita International Ekosistem Baterai Listrik Terintegrasi Resmi Dimulai, Produksi Bisa Capai 300 Ribu Unit...

Ekosistem Baterai Listrik Terintegrasi Resmi Dimulai, Produksi Bisa Capai 300 Ribu Unit Mobil per Tahun

105
0
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia acara groundbreaking proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi di Cikarang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah meresmikan dimulainya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi di Cikarang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025). Proyek ini ditargetkan mampu memproduksi baterai untuk 250.000 hingga 300.000 unit mobil listrik per tahun, sebagai bagian dari investasi besar senilai hampir Rp100 triliun.

Groundbreaking hari ini adalah untuk kapasitas produksi 15 Gigawatt (GW), cukup untuk 250.000 sampai 300.000 unit mobil listrik,” ujar Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam laporannya kepada Presiden Prabowo Subianto.

Bahlil menjelaskan bahwa proyek ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dan produsen baterai asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), yang selama empat tahun terakhir melewati proses negosiasi cukup alot. Ia menyebut proyek ini sebagai kolaborasi strategis antara negara pemilik sumber daya alam dan negara pemilik teknologi serta pasar.

“Proyek ini kami kerjakan sejak empat tahun lalu bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan pihak lainnya. Negosiasinya sempat mengambang lebih dari tiga tahun. Namun atas arahan tegas Bapak Presiden dalam rapat terbatas April lalu, kami langsung mengeksekusi dan hari ini groundbreaking bisa dilaksanakan,” ujarnya.

Proyek ekosistem ini mencakup rantai industri baterai dari hulu ke hilir, mulai dari pertambangan (oleh PT Aneka Tambang/Antam), fasilitas HPAL (High Pressure Acid Leaching), produksi prekursor, katoda, hingga pembuatan sel baterai. Holding BUMN Indonesia, Danantara, menjadi pemilik saham mayoritas sebesar 51%.

Sebagian besar investasi senilai US$4,7 miliar atau sekitar Rp75 triliun akan difokuskan di Maluku Utara untuk kegiatan tambang, pembangunan smelter, serta fasilitas prekursor dan katoda. Sementara itu, Jawa Barat akan menerima investasi sekitar US$1,2 miliar untuk pembangunan fasilitas produksi sel baterai, berdekatan dengan kawasan industri otomotif.

Dia juga menyampaikan bahwa proyek ini ditargetkan menciptakan 8.000 lapangan kerja langsung dan 35.000 pekerjaan tidak langsung, dengan efek ekonomi berganda yang diperkirakan mencapai US$40 miliar per tahun.

“Selain untuk kendaraan listrik, kami juga berbicara dengan CATL agar produksinya diperluas mencakup baterai penyimpanan energi dari panel surya,” tambahnya.

Dari sisi energi, proyek ini akan didukung oleh sumber energi terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 150 MW dan tambahan 30 MW dari pemanfaatan limbah industri.

Bahlil menegaskan bahwa proyek ini harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal. Ia meminta agar pelaku usaha daerah dilibatkan dalam rantai pasok industri.

“Saya minta kepada CEO CATL agar pengusaha daerah benar-benar dilibatkan, termasuk pengadaan makanan, BBM, hingga kontraktor. Anak-anak daerah harus jadi tuan rumah di negerinya sendiri,” tegasnya.

Proyek ini juga diperkirakan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) hingga 300.000 kiloliter per tahun dan menjadi fondasi penting untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.

Menutup laporannya, Bahlil menyampaikan pentingnya diversifikasi ekonomi pasca tambang. “Kita tidak ingin menjadi negara kutukan sumber daya alam. Untuk Maluku Utara, setelah tahun ke-8 dan ke-9, akan dikembangkan pusat ekonomi baru di sektor perikanan dan perkebunan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang,” pungkasnya. (Shiddiq)