Beranda Asosiasi Pertambangan Harita Nickel Dorong ESG di Industri Nikel: Bukan Pilihan, Tapi Keniscayaan

Harita Nickel Dorong ESG di Industri Nikel: Bukan Pilihan, Tapi Keniscayaan

54
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Penerapan prinsip ESG (Environment, Social, and Governance) di sektor pertambangan nikel dinilai semakin mendesak di tengah sorotan global terhadap keberlanjutan. Hal ini ditegaskan oleh Ir. Tonny Gultom, IPU., ASEAN Eng., Direktur HSE Harita Nickel, dalam gelaran Indonesia ESG Forum 2025 yang digelar di Sultan Hotel, Jakarta.

Harita Nickel menyatakan komitmennya untuk mengintegrasikan prinsip ESG dalam seluruh rantai pasok pertambangan nikel, mulai dari hulu hingga hilir. Ini mencakup pengelolaan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, keselamatan kerja, hingga tata kelola perusahaan.

“Mengintegrasikan prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) ke dalam praktik bisnis bukan lagi pilihan—ini adalah keniscayaan,” ujar Tonny Gultom dalam pemaparannya di forum tersebut.

Forum ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan di sektor energi dan pertambangan. Tonny Gultom menjadi salah satu narasumber utama yang membahas secara khusus strategi ESG di sektor nikel, terutama melalui proyek Harita di Pulau Obi, Maluku Utara.

Proyek Harita Nickel berpusat di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, mencakup pengolahan bijih nikel saprolit dan limonit. Teknologi RKEF digunakan untuk memproduksi ferronikel, sementara HPAL untuk memproses MHP sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Kami membangun rantai pasokan nikel yang komprehensif, dari bijih mentah menjadi prekursor hingga katoda untuk baterai EV. Semua proses dilakukan dalam kawasan industri terpadu,” jelas Tonny.

Tujuan utama dari penerapan ESG ini adalah menciptakan industri nikel yang lebih bertanggung jawab, tangguh, dan berdaya saing global. Harita juga menargetkan kontribusi nyata terhadap transisi energi melalui bahan baku baterai kendaraan listrik.

“ESG menyangkut manajemen risiko, reputasi perusahaan, dan daya saing di pasar internasional. Investor kini lebih selektif dan hanya melirik perusahaan yang punya strategi keberlanjutan jelas,” tambahnya.

Beberapa proyek strategis Harita sudah berjalan dan ada yang sedang dalam proses pembangunan:

HPAL: 3 jalur produksi dengan target 55.000 ton nikel terkandung per tahun.
PT Megah Surya Makmur: 25.000 ton ferronikel per tahun.
PT HJF: 95.000 ton ferronikel per tahun.
ONC: Target 65.000 ton nikel dan 7,5 ton kobalt per tahun, dengan produksi penuh pada pertengahan 2025.
RKEF KPS: 12 jalur baru yang ditargetkan commissioning pertengahan 2025.

Menurut Tonny, implementasi ESG Harita mencakup tujuh pilar utama:

  1. Lingkungan: Rehabilitasi biodiversitas, pengelolaan air, dan pengurangan emisi.
  2. SDM: Pendidikan dan pelatihan karyawan.
  3. Komunitas: Program pengembangan masyarakat sekitar tambang.
  4. K3: Budaya keselamatan kerja yang kuat.
  5. Tata Kelola: Praktik etis dan transparan.
  6. Operasi: Efisiensi proses dan inovasi berkelanjutan.
  7. Rantai Nilai: Integrasi penuh dari tambang ke produk akhir.

“Kami percaya ESG bukan beban, melainkan jalan menuju efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan jangka panjang. ESG adalah bagian dari strategi bisnis kami,” tutup Tonny Gultom. (Shiddiq)