Beranda Berita Nasional WRI Indonesia Kembangkan Pemodelan Dekarbonisasi Industri Nikel

WRI Indonesia Kembangkan Pemodelan Dekarbonisasi Industri Nikel

482
0
Climate Manager WRI Indonesia, Egi Suarga, ICM 2025 Hotel Pullman Jakarta, Kamis (5/6/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Dalam rangka menuju transisi energi yang berkelanjutan, World Resources Institute (WRI) Indonesia menyoroti pentingnya dekarbonisasi sektor industri nikel sebagai bagian dari agenda besar Indonesia Critical Mineral (ICM) 2025.

Hal ini disampaikan langsung oleh Climate Manager WRI Indonesia, Egi Suarga, dalam paparannya terkait upaya pemetaan emisi dan pengembangan strategi dekarbonisasi industri mineral.

“Kami membuat profil energi dan juga untuk mengidentifikasi titik panas emisi. Hal lain yang kami lakukan adalah melakukan analisis potensi energi terbarukan di daerah tersebut, termasuk tenaga surya, angin, hidro, dan biomassa,” ujar Egi Suarga, dalam acara tersebut di Hotel Pullman Jakarta, Indonesia, Kamis (5/6/2025).

Dalam rangka mendukung komitmen Indonesia terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca, WRI Indonesia telah mengembangkan dua skenario jalur dekarbonisasi, yakni skenario moderat dan skenario ambisius. Kedua skenario ini dirancang untuk mengarahkan sektor nikel ke arah yang lebih ramah lingkungan.

“Kami mengembangkan pemodelan tentang bagaimana mereka [pelaku industri] dapat mencapai dekarbonisasi di sektor industri nikel. Yang paling penting, kami juga mengembangkan kerangka operasionalnya — termasuk pembiayaan dan dukungan kebijakan agar perusahaan bisa menerapkan jalur dekarbonisasi ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, Egi menekankan bahwa produksi nikel Indonesia dalam satu dekade terakhir telah menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, namun membawa dampak lingkungan yang tidak bisa diabaikan.

“Sejak 10 tahun terakhir, produksi nikel Indonesia telah berkontribusi signifikan terhadap PDB. Anda dapat melihat hampir dua kali lipat peningkatan pendapatan dari sektor ini. Namun, hal itu datang dengan biaya — emisi dari produksi nikel juga cukup tinggi,” katanya.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menegaskan komitmennya dalam menurunkan emisi hingga 80% pada tahun 2045 sebagai bagian dari strategi pembangunan jangka panjang. Selain itu, strategi nasional menuju net zero emission (NZE) ditargetkan tercapai pada tahun 2060 atau lebih cepat.

“Pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen untuk mengurangi emisi pada tahun 2030 sebagai bagian dari kontribusi nasional dalam Paris Agreement,” tambahnya.

WRI Indonesia mengidentifikasi bahwa emisi besar berasal dari rantai pasokan sektor mineral kritis, mulai dari proses pertambangan, ekstraksi primer, pemurnian (refining), hingga produk akhir. Oleh karena itu, intervensi pada seluruh rantai pasok menjadi krusial dalam menurunkan emisi secara sistematis.

Indonesia Critical Mineral (ICM) 2025 dipandang sebagai momentum penting untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi berbasis mineral dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Dekarbonisasi sektor nikel menjadi ujian utama bagi Indonesia dalam membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan dapat berjalan seiring. (Shiddiq)