Beranda Berita Nasional Ketua DEN: Keberanian Indonesia Pertahankan Aset Strategis Dipuji Negara Sahabat

Ketua DEN: Keberanian Indonesia Pertahankan Aset Strategis Dipuji Negara Sahabat

496
0
Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan, Hari Ketiga ICM 2025, Critical Raw Minerals Producing Countries Dialogue, Pullman Hotel, Jakarta, Kamis (5/6/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA — Indonesia dengan tegas menempatkan posisinya sebagai negara berdaulat yang mampu mengelola industri mineral dan batu baranya (minerba) strategis secara mandiri dan berkelanjutan. Keberanian Indonesia mempertahankan aset-aset strategisnya ini mendapat pujian dari, salah satunya, Presiden Republik Demokratik Kongo, Felix Tshisekedi.

Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pendjaitan, di hadapan delegasi Republik Demokratik Kongo  saat mengawali Government Panel Indonesia Critical Minerals (ICM) 2025, dalam sesi “Critical Raw Minerals Producing Countries Dialogue“, di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Kamis pagi (5/6/2025), .

“Jika Indonesia dapat melakukannya, Kenya, Kongo juga dapat melakukannya,” ujar Luhut seraya menambahkan bahwa hubungannya yang akrab dengan kepala negara yang terletak di Afrika bagian tengah itu.

Kemandirian Indonesia, sambungnya, dalam pengelolaan sumber daya mineral, seperti nikel, tidak hanya menguntungkan dari sisi ekonomi, tetapi juga menciptakan ekosistem hilirisasi yang kuat. Misalnya saja baja nirkarat (stainless steel). Ekosistemnya mulai dari alat operasi, perlengkapan dapur, hingga perumahan . Semuanya berasal dari sini. Saat berkunjung ke China, ia juga melihat peluang pemanfaatan baja nirkarat hingga sektor farmasi dan rumah tangga.

Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) itu mengatakan, Indonesia sudah mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang baterai litium dengan tingkat ekstraksi mencapai 99,7%. Saat ini industri tersebut telah berjalan di Sulawesi. Para investor di Amerika Serikat terkesan dengan kemajuan pesat industri hilirisasi di Indonesia.

“Maaf untuk mengatakan, beberapa negara masih memandang Indonesia seperti negara dunia ketiga. Saya bilang, ini bukan Republik Pisang (Banana Republic). Indonesia sangat kaya,” tegasnya.

Dalam konteks geopolitik dan ketahanan ekonomi global, ia mengingatkan pentingnya negara-negara produsen mineral kritis tidak menjadi korban dari eksploitasi asing.

“Jika pelaku industri tidak mengikuti standar lingkungan internasional, saya akan beri peringatan pertama, kedua, dan jika tidak berubah, saya tutup industrinya. Saya juga beri tahu kolega saya di China. Kami tidak ingin menjadi mangsa para investor,” ungkapnya dengan nada tegas.

Menutup pidatonya, Luhut mendorong negara-negara mitra untuk belajar bersama dari pengalaman Indonesia, baik dari keberhasilan maupun kegagalannya.

“Anda dapat belajar dari sukses kami dan dari kesalahan kami. Jangan salah paham, tidak semuanya sukses. Tapi kita terus berbenah,” pungkasnya.

Selain itu, ia juga sempat menyinggung potensi sumber daya lokal seperti frankincense (getah kemenyan). Getah ini 80% berasal dari wilayah Danau Toba dan menjadi komoditas global yang bernilai tinggi dalam industri parfum, mencapai pasar sebesar US$ 23 juta. (Shiddiq/Li)