Beranda Asosiasi Pertambangan Indonesia Kuasai 60 Persen Pasar Mineral Dunia: APNI Tegaskan Komitmen pada Hilirisasi...

Indonesia Kuasai 60 Persen Pasar Mineral Dunia: APNI Tegaskan Komitmen pada Hilirisasi dan Keberlanjutan

760
0
Sekum APNI Meidy Katrin Lengkey, Minggu (25/5/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, menyatakan bahwa Indonesia saat ini telah menguasai lebih dari 60 persen pasar penjualan mineral dunia, berkat percepatan pembangunan pabrik pemrosesan dan kebijakan hilirisasi yang konsisten.

Dalam diskusi Roundtable Tiga: “Pembangunan Kawasan Industri Hijau” dengan tema utama KTT Bisnis Global Perdana tentang Infrastruktur Sabuk dan Jalan Investasi di Kementerian Penanaman Modal dan Industri Hilir (BKPM), Jakarta.

Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey,  menyampaikan bahwa sejak tahun 2022, industri pengolahan mineral di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan.

“Kami memiliki sekitar 49 perusahaan teknologi mineral, termasuk lima perusahaan bioteknologi, dan kami mengelola 398 teknologi mineral di kawasan Asia Tenggara,” jelas Meidy, dalam acara tersebut, Minggu (25/5/2025).

Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari kebijakan hilirisasi pemerintah yang mendorong pengolahan di dalam negeri.

“Sejak 2020, kami mulai mengatur sistem penjualan dan pemrosesan mineral secara lebih komprehensif. Sekarang, kita tidak hanya bicara soal ekspor bahan mentah, tapi bagaimana menumbuhkan nilai tambah bagi bangsa,” tegasnya.

Meidy juga menyoroti pembangunan kawasan industri yang mendukung pengolahan mineral.

“Kita punya kawasan industri besar di Sulawesi dan Papua, termasuk proyek baru di Pomala yang mencakup area hingga 11.800 hektar. Ini menunjukkan skala pembangunan kita bukan main-main,” ujarnya.

Terkait keberlanjutan, Meidy menekankan bahwa pembangunan industri pengolahan harus sejalan dengan aspek sosial dan lingkungan.

“Kami tidak ingin hanya membangun pabrik, tapi juga membangun masa depan masyarakat dan menjaga lingkungan. LSM dan masyarakat sipil harus melihat ini secara utuh, tidak hanya dari sisi teknis,” tambahnya.

Meski mayoritas produk hilirisasi saat ini masih menuju produksi baja tahan karat (sekitar 70 persen), Meidy menyebut bahwa Indonesia tengah memperkuat ekosistem baterai kendaraan listrik.

“Kami tahu bahwa untuk masuk ke pasar baterai, diperlukan teknologi tinggi dan kehati-hatian lingkungan. Tapi langkah itu sudah mulai,” ujarnya.

Sebagai penutup, Meidy mengajak semua pihak untuk mendukung transisi industri mineral Indonesia menuju keberlanjutan.

“Kita sedang membangun warisan industri nasional. Ini bukan proyek satu-dua tahun, tapi transformasi jangka panjang,” tandasnya. (Shiddiq/Lily)