Beranda Berita Nasional Gantikan LG, Dua Proyek Baterai Raksasa Masuk Indonesia: Investasi Rp 96 Triliun...

Gantikan LG, Dua Proyek Baterai Raksasa Masuk Indonesia: Investasi Rp 96 Triliun Siap Mengalir

804
0
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di dampingi Jubir Menteri ESDM baru Dwi Anggia, Jumat (23/5/2025)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan bahwa dua proyek investasi strategis di sektor baterai kendaraan listrik akan segera masuk Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan usai melaksanakan salat Jumat di Kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Menurut Bahlil, dua proyek besar dari perusahaan global—Huayo yaitu proyek Titan dan Dragon akan menggantikan peran LG dalam ekosistem industri baterai kendaraan listrik nasional yang sebelumnya telah dibatalkan.

“Proyek tersebut seperti Huayo untuk proyek Titan dan Dragon itu masing-masing akan menginvestasikan anggaran besar. Mereka akan masuk, dan besaran investasinya akan kita pastikan kemudian,” ujar Bahlil kepada wartawan.

Ia menjelaskan, proyek yang melibatkan Huayo dan Dragon telah mendapatkan persetujuan pemerintah. Seluruh saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dalam proyek ini telah diambil alih oleh holding investasi Danantara, sehingga seluruh asetnya otomatis menjadi bagian dari Danantara.

“Saya dari awal sudah menyampaikan, bahwa ekosistem baterai dari hulu ke hilir ini sebagian sahamnya wajib milik negara, minimal melalui BUMN. Sekarang semua dana BUMN di sektor ini sudah berada di bawah Danantara. Jadi tidak ada lagi yang perlu disesuaikan,” tegasnya.

Terkait pergantian LG, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah secara resmi telah mengakhiri kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan itu karena tidak memenuhi komitmen Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati.

“LG tidak kami keluarkan, tapi kami lakukan evaluasi dan akhirnya terminasi karena mereka tidak melanjutkan kesepakatan MOU. Padahal dari total investasi, baru sekitar US$1,6 miliar yang direalisasikan di Karawang untuk proyek 10 GWh pertama,” ungkapnya.

Sebagai pengganti, konsorsium baru dipimpin oleh CATL, perusahaan baterai terbesar dunia asal Tiongkok, yang akan mengucurkan dana investasi sebesar US$ 6 miliar untuk proyek dari hulu ke hilir, termasuk pengolahan tambang, smelter, precursor, katoda dan produk akhir.

“Ini adalah ekosistem baterai kendaraan listrik pertama di dunia yang lengkap dari tambang hingga produk akhir. Di sektor hulu, 51 persen saham dimiliki oleh Danantara. Saham BUMN di ekosistem ini sekitar 30 persen, dan semua sudah masuk Danantara,” jelasnya.

Lebih lanjut, Bahlil juga menyinggung keterlibatan perusahaan seperti Tesla. Ia mengatakan bahwa saat ini Indonesia tengah mengekspor precursor baterai dari Huayo di kawasan Weda Bay ke Amerika Serikat, meskipun terdapat hambatan berupa perang tarif antara kedua negara.

“Produk precursor kita dari Huayou di Weda Bay sudah kita kirim ke Amerika. Meski terjadi perang tarif, tapi karena produk kita termasuk dalam kategori critical mineral untuk ekosistem baterai mobil, dampaknya tidak signifikan,” ujarnya.

Dengan masuknya dua proyek baru ini, Indonesia memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik global. (Shiddiq)