Beranda Nikel Kualitas Nikel Indonesia Lebih Unggul dari Eropa

Kualitas Nikel Indonesia Lebih Unggul dari Eropa

924
0
Nikel laterit

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Nikel Indonesia kini menjadi sorotan dunia sebagai salah satu komoditas strategis dengan kualitas unggul dan daya saing tinggi. Bukan hanya karena Indonesia merupakan produsen nikel terbesar dunia, tetapi juga karena kandungan logamnya yang lebih baik dibanding negara-negara lain, termasuk kawasan Eropa.

Menurut salah satu studi Institut Teknologi Bandung (ITB), Bima Nayottama Gaffar, dalam tesisnya yang berjudul Karakteristik Endapan Nikel Laterit dan Analisis Kelimpahan Unsur Kobalt (Co) serta Distribusinya di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, nikel Indonesia—terutama jenis laterit dari Sulawesi dan Maluku—memiliki kadar besi yang lebih rendah serta kadar kobalt yang lebih tinggi daripada nikel Eropa.

“Kadar besi rendah membuatnya lebih tahan korosi, sedangkan kobalt tinggi menjadikannya lebih efisien sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik,” terang peneliti ITB dalam laporan resmi yang dirilis pada 2023.

Dari sisi cadangan, data U.S. Geological Survey (USGS) mencatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 21 juta ton cadangan nikel pada 2020. Bandingkan dengan Eropa yang hanya menyimpan sekitar 4,3 juta ton. Sebaran tambang nikel Indonesia yang luas—meliputi Sulawesi, Halmahera, Papua, dan Kalimantan—menjadikannya lumbung strategis nikel dunia.

Kualitas unggul ini turut tercermin dalam nilai ekonominya. Data International Nickel Study Group (INSG) menyebut harga rata-rata nikel Indonesia pada 2020 mencapai US$ 13.865 per ton, lebih tinggi dari harga nikel Eropa yang berada di angka US$ 11.980 per ton. Stabilitas harga Indonesia juga dinilai lebih baik karena tidak terlalu dipengaruhi fluktuasi geopolitik.

Pemerintah Indonesia pun telah mengambil langkah serius melalui kebijakan hilirisasi, termasuk larangan ekspor bijih mentah serta pembangunan smelter. Langkah ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah dalam negeri, tetapi juga mendorong lahirnya produk nikel turunan seperti stainless steel dan baterai kendaraan listrik berkualitas ekspor.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan keunggulan nikel Indonesia dalam konferensi pers perkembangan Kasus Sengketa Nikel Indonesia – Uni Eropa di WTO terkait sengketa DS 592 pada Jumat (15/1/2021).

“Barang-barang Indonesia lebih superior karena teknologinya tinggi, pabriknya baru, dan ini adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk menciptakan nilai tambah dan investasi,” tegasnya.

Ia juga menyebut bahwa produk turunan nikel Indonesia, seperti besi dan baja, kini menjadi ekspor terbesar ketiga nasional setelah kelapa sawit dan batu bara.

“Transformasi industri kita nyata,” kata Lutfi, menambahkan bahwa Indonesia bahkan siap membantu Eropa untuk mengejar ketertinggalan teknologi di sektor ini.

Dengan segala keunggulan tersebut, nikel Indonesia bukan hanya menjadi tulang punggung industri nasional, tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi berbasis sumber daya yang bernilai tambah tinggi di panggung global.

Terkait studi yang dilakukan oleh ITB, menyatakan bahwa nikel Indonesia merupakan nikel laterit yang memiliki kadar besi (Fe) yang lebih rendah dan kadar kobalt (Co) yang lebih tinggi.

Hal ini membedakannya dari nikel di Eropa, yang umumnya memiliki kandungan besi lebih tinggi dan kobalt lebih rendah.

Kondisi ini penting karena kobalt merupakan logam strategis yang sangat dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik. Kandungan unsur dalam bijih nikel mempengaruhi proses pengolahan serta nilai ekonominya. (Shiddiq)