Beranda Berita Nasional Investasi CATL Tetap Jalan, Produksi Baterai Listrik di RI Ditargetkan Mulai Maret...

Investasi CATL Tetap Jalan, Produksi Baterai Listrik di RI Ditargetkan Mulai Maret 2026

741
0
Wamen ESDM Yuliot Tanjung

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah memastikan investasi raksasa baterai kendaraan listrik asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), tetap berlanjut di Indonesia. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi paling lambat Maret 2026.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, usai bertemu dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), membahas kelanjutan investasi CATL di Tanah Air.

“Yang untuk CATL ini lanjut. Jadi kita masuk dalam ekosistem penyediaan baterai kendaraan listrik, dan untuk CATL sendiri sudah memiliki off-taker. Mereka mengharapkan itu nanti paling lambat Maret 2026 sudah berproduksi di Indonesia,” kata Yuliot di kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/5/2025).

Yuliot menjelaskan, proyek investasi ini tetap mengacu pada rencana kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh), namun dilakukan secara bertahap. Saat ini, 7,5 GWh sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah Tiongkok.

“Ada dua mekanisme investasi di CATL. Yang pertama, mereka harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah China. Dari 15 GWh itu, yang sudah mendapat persetujuan adalah 7,5 GWh,” ujarnya.

Tak hanya mengandalkan pendanaan langsung, Yuliot menuturkan CATL juga menggunakan skema pendanaan lewat penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk memperkuat realisasi investasinya.

“Jadi mekanisme investasi mereka itu tidak hanya dari pendanaan langsung, tetapi juga dari IPO. Sehingga kapasitas 15 GWh itu tetap bisa dilakukan,” jelasnya.

Saat ditanya siapa off-taker atau pembeli utama dari baterai yang diproduksi CATL di Indonesia, Yuliot menyebutkan bahwa identitas mereka belum bisa diungkap secara rinci karena terikat perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA).

“Mereka sudah menyampaikan NDA. Tapi sudah memiliki off-taker, beberapa vendor kendaraan, termasuk dari China. Ada juga yang dari Eropa dan Amerika,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Yuliot memastikan bahwa nilai investasi tetap sesuai dengan rencana awal. Hanya saja, pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

“Ya, sesuai dengan perencanaan karena tetap 15 GWh. Cuma bertahap, untuk sekarang ya perencanaannya itu mengikuti permintaan pasar,” tutupnya. (Shiddiq)