Beranda Berita Nasional Industri Nikel Hadapi Tantangan Struktural, DEN Soroti Penurunan Kualitas Sumber Daya

Industri Nikel Hadapi Tantangan Struktural, DEN Soroti Penurunan Kualitas Sumber Daya

575
0
Dir. Eksekutif Sinkronisasi Kebijakan program Prioritas DEN, Tubagus Nugraha, Konferensi Argus Media Nikel 2025, Bali, Rabu (23/4/2025). Dok. MNI. Foto by: Lily

NIKEL.CO.ID, BALI — Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sumber daya nikel nasional. Apabila tidak ditangani secara hati-hati, dapat memberi tekanan besar pada sektor baja tahan karat yang sangat bergantung pada nikel berkualitas tinggi.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Sinkronisasi Kebijakan Program Prioritas Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Tubagus Nugraha, dalam pembukaan Argus Media Nickel Indonesia Conference 2025 yang diselenggarakan di Jakarta.

Dalam sambutannya, Tubagus mengapresiasi penyelenggaraan konferensi ini dan menyampaikan usulan agar konferensi mendatang tetap diadakan di Jakarta.

“Kami menghargai Kevin dan semua pihak yang telah menyelenggarakan konferensi ini di Indonesia. Saran saya, sebaiknya konferensi berikutnya tetap diselenggarakan di Jakarta karena akan lebih memudahkan partisipasi peserta,” ujarnya di Bali, Rabu (23/4/2025).

Lebih lanjut, dia memaparkan data perkembangan industri nikel Indonesia tahun 2024.

“Indonesia mengonsumsi lebih dari 250 juta ton bijih nikel pada 2024, meningkat sekitar 25% dari tahun sebelumnya. Ini setara dengan 2,4 juta ton logam nikel,” jelasnya.

Namun, menurutnya, produksi logam nikel Indonesia hanya sekitar 2,1 juta ton, meningkat signifikan sekitar 50% per tahun sejak 2023. Meskipun kadar logam dapat dipertahankan pada tingkat aman sekitar 1,6%, Tubagus mengingatkan bahwa kualitas sumber daya sedang mengalami penurunan bertahap.

“Ini merupakan masalah umum yang dihadapi industri nikel di Indonesia. Dua tahun ke depan mungkin kita masih bisa menyeimbangkan tren ini dengan peningkatan produksi. Namun, dalam jangka panjang, khususnya untuk produk nickel pig iron (NPI), kita akan menghadapi tantangan struktural yang serius,” ujarnya.

Ia menegaskan, bila tidak ditangani secara hati-hati, kondisi ini dapat memberi tekanan besar pada sektor baja nasional, terutama produksi baja tahan karat yang sangat bergantung pada nikel berkualitas tinggi.

Menurut proyeksi data terbaru, Indonesia akan mengalami peningkatan kapasitas produksi nikel hingga mencapai 3,3 juta ton dalam waktu dekat, ditambah dengan tambahan kapasitas sekitar 80.000 ton dari produk turunan.

“Dalam kasus ini, kita akan melihat banjir pasokan dari mixed hydroxide precipitate (MHP), tetapi di sisi lain, pasokan tetap kita berada dalam tekanan,” imbuhnya.

Dengan tantangan struktural yang dihadapi serta kecenderungan menurunnya kualitas cadangan, DEN menilai pentingnya perencanaan jangka panjang yang strategis demi keberlanjutan industri nikel nasional, terutama di tengah meningkatnya permintaan global untuk energi bersih dan kendaraan listrik. (Shiddiq/Lily)