Beranda Berita International LG dan Konsorsiumnya Tarik Diri dari Proyek Rantai Pasok Baterai Rp130 Triliun...

LG dan Konsorsiumnya Tarik Diri dari Proyek Rantai Pasok Baterai Rp130 Triliun di Indonesia: Ini Alasannya

916
0
Gambar Logo LG

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG memutuskan untuk menarik diri dari proyek besar senilai sekitar 11 triliun won atau setara dengan Rp130 triliun untuk pengembangan rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

Hal ini sebagaimana dikutip laman Yonhap News Agency, Kamis (18/4/2025), yang menyatakan bahwa konsorsium asal Korea Selatan, mencakup perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan seperti LG Energy Solution, LG Chem, dan LX International Corp., bersama sejumlah mitra lainnya.

Sejak awal, mereka telah menjalin kerja sama erat dengan pemerintah Indonesia serta perusahaan-perusahaan milik negara untuk membangun end-to-end value chain —atau rantai nilai menyeluruh— baterai EV, mulai dari pengadaan bahan mentah, produksi prekursor dan bahan katoda, hingga perakitan sel baterai.

“Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi global, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek,” ujar salah satu pejabat LG Energy Solution.

Meski demikian, LG memastikan bahwa pihaknya tidak sepenuhnya hengkang dari Indonesia.

“Namun, kami akan tetap melanjutkan kegiatan bisnis kami yang sudah berjalan di Indonesia, termasuk pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power), yang merupakan usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group,” imbuh pejabat tersebut.

Langkah mundur ini terjadi di tengah perubahan dinamika industri kendaraan listrik secara global. Sumber industri menyoroti adanya “jurang EV”—istilah yang merujuk pada penurunan sementara atau stagnasi dalam permintaan global terhadap kendaraan listrik. Situasi ini mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk mengevaluasi kembali rencana ekspansi mereka, terutama di pasar negara berkembang.

Padahal, Indonesia dinilai memiliki potensi besar dalam rantai pasokan EV karena merupakan produsen nikel terbesar di dunia—logam penting dalam pembuatan baterai lithium-ion. Proyek LG sebelumnya dianggap strategis dalam mendukung visi Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri baterai dan kendaraan listrik global.

Meski keputusan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap ekosistem EV di Indonesia, kerja sama lain yang telah dibangun diharapkan tetap berlanjut dan bisa menjadi fondasi baru bagi investasi lanjutan di sektor ini. (Shiddiq)