NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sangat bergantung pada konsumsi masyarakat, investasi, serta nilai ekspor yang terkait dengan sektor manufaktur. Namun, kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian Indonesia semakin menurun, hanya berada di kisaran 18%.
Menanggapi kondisi ini, Mantan Presiden RI ke-7, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pendapatnya tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperkuat sektor manufaktur Indonesia.
Menurutnya, pemerintah harus lebih serius dalam melanjutkan industrialisasi, khususnya di bidang industri manufaktur atau pengolahan.
“Jika industri manufaktur kita tumbuh dengan baik, maka industri secara keseluruhan akan menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar SBY dalam tayangan CNBC Indonesia, Senin (17/2/2025).
Menurutnya, perkembangan sektor manufaktur akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, terutama di sektor formal yang lebih stabil dibandingkan sektor informal. Ia juga menekankan pentingnya pengembangan industri manufaktur untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan meningkatkan ekspor.
“Dengan berkembangnya industri manufaktur, kita bisa mengurangi ketergantungan pada komponen impor, karena barang-barang yang sebelumnya kita impor bisa diproduksi di dalam negeri,” tambahnya.
Saat ini, kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian Indonesia tercatat hanya sekitar 18%, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan era kepemimpinan SBY, di mana sektor ini sempat mencatatkan angka kontribusi hingga 22-23%.
“Dulu, masalah serupa ada, tetapi tidak serendah sekarang. Selama sepuluh tahun terakhir, kontribusinya terus menurun,” ungkapnya.
Selain itu, SBY juga mengkritisi pertumbuhan sektor manufaktur yang hanya mencapai 4%, padahal pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5%.
“Jika sektor manufaktur tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional, maka sektor ini tidak bisa menjadi penggerak utama ekonomi,” jelasnya.
Dia juga mendukung agenda Presiden Prabowo Subianto mengenai industrialisasi dan hilirisasi yang dianggap tepat. Namun, ia mengingatkan bahwa hilirisasi harus dilakukan dengan memperhatikan keberlanjutan sektor hulu, seperti pertambangan, pertanian, perikanan, dan kelautan.
“Hilirisasi harus dilakukan dengan menjaga sektor hulu, karena jika hulu rusak, hilirisasi tidak akan menghasilkan manfaat yang optimal,” tegasnya.
Ia menambahkan, hilirisasi tidak hanya menguntungkan perusahaan besar, tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah penghasil sumber daya alam.
“Hilirisasi harus memperhatikan keadilan sosial, agar masyarakat di daerah pertambangan, pertanian, dan kelautan bisa merasakan manfaatnya,” ujarnya.
Dengan langkah yang tepat dalam industrialisasi dan hilirisasi, SBY berharap ketimpangan sosial dan kemiskinan di Indonesia bisa berkurang, sambil tetap menjaga keberlanjutan lingkungan. (Shiddiq)