NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Program beasiswa Eramet terus menjadi harapan besar bagi mahasiswa berbakat di Indonesia, terutama dari kawasan timur Indonesia.
Nikson Maling, mahasiswa sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, dan Audia Kesma Andini, mahasiswi sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Khairun Ternate, adalah dua dari 42 orang penerima beasiswa tersebut yang berbagi cerita inspiratif mereka pada sesi wawancara di acara Peluncuran Program Beasiswa Eramet dengan Kitong Bisa Foundation di Hotel Bidakara, Jumat (22/11/2024).
“Saya sangat bangga menjadi salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang dipilih Eramet,” ujar Nikson.
Ia menyoroti pentingnya dukungan ini bagi mahasiswa dari Indonesia timur yang sering menghadapi kendala dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.
“Beasiswa ini membuka peluang lebih besar untuk kami,” tambah anak ketiga dari enam bersaudara asal Papua ini.

Program beasiswa Eramet mencakup pembiayaan penuh UKT, uang buku dengan sistem pelaporan nota pembelian, biaya hidup, dan berbagai pelatihan tambahan seperti kelas bahasa Inggris, keuangan, dan kepemimpinan.
Dalam pada itu, Audia mengatakan, penerima beasiswa tidak hanya mendapat dukungan finansial, tetapi juga pengembangan kemampuan yang berkelanjutan.
“Monitoring mingguan, evaluasi semesteran, dan pelatihan-pelatihan membuat kami semakin siap menghadapi dunia kerja,” katanya menjelaskan.
Menurutnya, Eramet memberikan pelatihan kepemimpinan dan organisasi, yang penting untuk membangun daerahnya. Dari 3.400 pendaftar, hanya 42 mahasiswa yang berhasil lolos seleksi. Prosesnya mencakup lima tahap, termasuk seleksi administrasi, wawancara, dan diskusi kelompok.
“Seleksinya sangat ketat. Pengalaman organisasi menjadi salah satu poin penting yang dinilai dalam proses seleksi,” ujar Nikson.
Audia menambahkan bahwa meskipun seleksi ketat, prosesnya dipermudah oleh pihak Eramet.
“Tahapan-tahapannya membantu kami memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi penerima beasiswa ini,” katanya.

Kedua penerima beasiswa ini memiliki visi yang sama, yaitu kembali ke daerah asal mereka untuk berkontribusi.
“Setelah lulus, saya ingin kembali ke Papua untuk membangun daerah kami sendiri,” ujar Nikson.
Hal serupa diungkapkan Audia, yang berharap dapat membantu memperbaiki praktik keselamatan kerja dan aspek-aspek penting lainnya di sektor pertambangan Maluku Utara yang merupakan daerah asalnya.
Program beasiswa Eramet tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima saat ini tetapi juga membuka jalan bagi generasi berikutnya.
“Saya berharap ke depannya ada lebih banyak peluang bagi mahasiswa, terutama dari Indonesia Timur,” kata Nikson.
Audia menambahkan bahwa beasiswa ini memberikan harapan baru, terutama bagi mahasiswa perempuan yang ingin berkecimpung di dunia pertambangan.
Dengan dukungan penuh dari Eramet, mahasiswa Indonesia Timur kini memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri dan berkontribusi bagi kemajuan daerah asal mereka. Program ini menjadi bukti nyata bagaimana investasi pada pendidikan dapat membawa perubahan positif bagi masa depan bangsa. (Aninda)