NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Dalam upaya mendukung pendidikan di wilayah timur Indonesia, Eramet, perusahaan global di sektor tambang dan metalurgi, bersama Kitong Bisa Foundation (KBF Indonesia) memberikan beasiswa kepada 42 mahasiswa asal Maluku Utara, Papua, dan Sulawesi.
Langkah ini diambil untuk mengurangi kesenjangan pendidikan yang masih signifikan antara Indonesia bagian timur dan wilayah lainnya. Chief Sustainability & External Affairs Officer Eramet, Virginie de Chassey, menyatakan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang lebih besar.
“Program ‘Eramet Beyond’ bertujuan mengurangi ketidaksetaraan dalam pendidikan dan gender. Kami berkomitmen mendukung masyarakat di wilayah operasional kami di seluruh dunia,” katanya saat acara penyerahan beasiswa secara simbolis di Hotel Bidakara, Jumat (22/11/2024).
Program ini sejalan dengan peta jalan CSR Eramet, Act for Positive Mining, yang fokus pada pengembangan lokal secara berkelanjutan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wilayah timur Indonesia menghadapi ketimpangan signifikan dalam pendidikan. Dari tahun 2021 hingga 2023, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di wilayah timur tercatat lebih rendah dibandingkan wilayah barat. Selain itu, angka putus sekolah di Indonesia Timur mencapai 4,37% pada 2020, lebih tinggi dibandingkan bagian barat yang hanya 3,52%.
Pendiri KBF Indonesia, Billy Mambrasar, menilai kolaborasi dengan Eramet sebagai tonggak penting dalam mendorong peningkatan kualitas pendidikan di wilayah timur.

“Sinergi antara pemerintah dan pihak swasta seperti ini sangat diperlukan. Kerja sama ini menjadi salah satu langkah penting untuk mengembangkan talenta terbaik bangsa,” ujar pria berambut keriting ini.
Para penerima beasiswa, yang terseleksi dari 3.400 pendaftar, mendapatkan berbagai fasilitas, termasuk pembiayaan penuh biaya pendidikan (SPP), tunjangan biaya hidup dan dana untuk pembelian buku, serta pelatihan tambahan, seperti kelas bahasa Inggris, keuangan, dan kepemimpinan, untuk mendukung pengembangan kemampuan teknis dan non-teknis.
Selain itu, program ini dirancang dengan sistem monitoring mingguan dan evaluasi per semester untuk memastikan penerima dapat memanfaatkan beasiswa dengan optimal.
Penerima beasiswa diwajibkan memiliki komitmen untuk kembali ke daerah asal mereka setelah lulus, dengan tujuan membangun komunitas dan wilayah mereka. Hal ini sejalan dengan fokus Eramet pada pemberdayaan lokal di area operasionalnya.
“Kami ingin memastikan generasi muda di daerah terpencil mendapatkan kesempatan yang sama dengan rekan-rekan mereka di wilayah lain,” tambah Virginie.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi (BPPT), Ratna Prabandari, juga mengapresiasi program ini.
“Kami berharap program seperti ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mempercepat pembangunan SDM unggul,” ujarnya. (Aninda)