NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pada bulan Oktober 2024, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) merilis Harga Mineral Acuan (HMA) nikel sebesar US$16.175,23/dmt, naik dari US$15.908,10/dmt di bulan September. Kenaikan ini menandakan adanya peningkatan permintaan nikel atau fluktuasi faktor global yang mempengaruhi harga komoditas tersebut di pasar domestik.
Jika dilihat lebih dalam, peningkatan harga ini juga berlaku pada setiap kadar nikel. Sebagai contoh, nikel dengan kadar 1,60% untuk Moisture Content (MC) 30% naik dari US$30,29/wmt di bulan September menjadi US$30,80/wmt pada bulan Oktober.
Untuk nikel dengan MC 35%, harga meningkat dari US$28,13/wmt menjadi US$28,60/wmt. Tren kenaikan ini juga terlihat pada kadar nikel yang lebih tinggi, seperti nikel dengan kadar 2,00%, di mana harga MC 30% naik dari US$46,77/wmt menjadi US$47,56/wmt.
Fluktuasi harga nikel ini tidak hanya terjadi di pasar domestik Indonesia tetapi juga di pasar global. Berdasarkan data dari London Metal Exchange (LME), harga nikel dalam tiga bulan terakhir menunjukkan fluktuasi yang cukup tajam.
Pada bulan Agustus dan September, harga nikel di LME berada di kisaran US$18.000 hingga US$19.000 per ton. Namun, pada bulan Oktober, harga di LME tercatat mengalami penurunan hingga mencapai US$17.000-an per ton.
Perbedaan harga antara pasar nikel domestik di Indonesia dan harga di LME dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kebijakan domestik Indonesia yang semakin memperkuat hilirisasi nikel.
Upaya hilirisasi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel, di mana Indonesia menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global. Selain itu, permintaan nikel global yang terus meningkat, terutama dari sektor kendaraan listrik dan energi terbarukan, turut mendorong harga nikel tetap kompetitif di pasar internasional.
Kenaikan harga nikel di Indonesia juga menunjukkan pentingnya peran negara ini dalam mengendalikan suplai nikel global. Dengan potensi besar yang dimiliki oleh cadangan nikel Indonesia, pemerintah dan industri pertambangan nikel nasional berfokus pada pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar global.
Meskipun ada kenaikan harga di tingkat domestik, fluktuasi harga di LME perlu diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi ekspor nikel Indonesia dan permintaan dari industri manufaktur global. Terutama dengan meningkatnya tekanan dari negara-negara produsen besar lainnya serta pergerakan harga bahan baku yang sangat volatil di pasar global. (Aninda)