Beranda Pemerintahan Seto: Indonesia akan Menjadi Global Hub untuk Ekosistem Baterai

Seto: Indonesia akan Menjadi Global Hub untuk Ekosistem Baterai

2321
0
Septian Hario Seto pada acara International Critical Minerals and Metals Summit 2024. Dok: Rizky.

NIKEL.CO.ID, BALI – Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sangat penting untuk transisi energi global. Indonesia menempati urutan ke-6 dalam cadangan bauksit terbesar di dunia, ke-2 dalam cadangan timah, dan ke-7 dalam cadangan tembaga, serta pertama dalam cadangan nikel.

Seperti dikutip dari presentasi Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Septian Hario Seto, pada acara International Critical Minerals and Metals Summit 2024, di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Kamis (5/9/2024), Pemerintah RI berupaya melakukan transformasi ekonomi melalui kebijakan hilirisasi untuk mendorong pengembangan industri bernilai tambah tinggi.

Tujuan dari hilirisasi adalah menciptakan struktur ekonomi yang lebih kompleks, mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat, serta mengikuti tren ekonomi hijau.

“Pemerintah berfokus untuk mengalokasikan sumber energi rendah emisi (hijau) untuk industri bernilai tambah tinggi dan membentuk talenta berkualitas melalui program penyaringan lulusan sarjana teknik dan sains untuk bekerja di perusahaan teknologi kelas dunia,” paparnya.

Produk hilir nikel seperti material baja dan bahan baterai lithium, menurut Seto memiliki kandungan nikel yang jauh lebih tinggi dibandingkan bijih nikel mentah (nickel ore).

“Kebijakan pemerintah telah berhasil meningkatkan nilai ekspor produk hilir nikel secara signifikan, dari US$3,08 miliar pada 2010 menjadi US$34,44 miliar pada 2023,” katanya.

Pemerintah juga tengah mengembangkan ekosistem industri yang kompetitif untuk kendaraan listrik dan baterai melalui daur ulang tambang nikel, energi hijau dari pembangkit listrik tenaga air, serta proyek pemurnian RKEF dan HPAL.

“Pemerintah juga menawarkan berbagai insentif untuk kendaraan listrik (electric vehicle), termasuk fasilitas investasi dan stimulus untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri,” tutur alumni Universitas Indonesia ini.

Indonesia juga sedang membangun ekosistem industri baterai lithium domestik Indonesia.
“Ekosistem ini mencakup tiga tahap, yaitu hulu (dekat dengan sumber daya mineral kritis), tengah (netral lokasi), dan hilir (dekat dengan pasar EV). Ke depannya Indonesia akan menjadi global hub untuk ekosistem baterai”, tutup Seto mengakhiri presentasinya. (Aninda)