NIKEL.CO.ID, RUSIA – Raksasa pertambangan Rusia, Nornickel, mengalami penurunan laba sebesar 22% pada semester I 2024 akibat lemahnya harga nikel, kesulitan logistik, dan masalah pembayaran lintas batas, seperti dikutip dari mining.com.
Di tengah tantangan ini, perusahaan juga sedang memeriksa dampak dari sanksi terbaru yang dikenakan Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa anak perusahaannya, 23 Agustus 2024 lalu, dan proyek tembaga serta emas Bystrinsky, yang dikendalikan Nornickel.
Entitas tersebut masuk dalam daftar 400 perusahaan dan individu yang disebut Departemen Keuangan AS sebagai pendukung upaya perang Rusia. Meskipun anak perusahaan yang terkena sanksi tidak terlibat langsung dalam produksi dan penjualan, manajemen Nornickel sedang menilai dampaknya.
CEO Nornickel, Vladimir Potanin, menjelaskan, penurunan harga nikel dan paladium, bersama tantangan logistik di Laut Merah serta peningkatan kesulitan dalam pembayaran lintas batas, berdampak negatif pada pendapatan, profitabilitas, dan arus kas bebas perusahaan.
Kesulitan ini diperparah dengan serangan rudal dan drone oleh militan Houthi di Yaman, yang mengakibatkan penumpukan stok nikel dan tembaga serta penurunan penjualan Nornickel. Harga rata-rata nikel di London Metal Exchange turun 28% pada semester I 2024 dan Nornickel memproyeksikan surplus 100.000 ton nikel di pasar global pada 2024/25.
Pendapatan perusahaan turun menjadi US$5,6 miliar, dengan laba inti turun 30% menjadi US$2,35 miliar. Arus kas bebas juga menurun 61% menjadi US$525 juta. Dalam kondisi pasar yang sulit ini, Nornickel tetap memprioritaskan stabilitas keuangan, dengan pangsa pasar Asia mencapai 52% dari total ekspor.
Meski Nornickel tidak terkena sanksi langsung dari Barat, beberapa perusahaan Barat mulai menghindari bekerja sama dengan perusahaan ini, yang memperburuk operasinya. Sanksi terbaru AS juga menambah tantangan bagi Nornickel, terutama dengan keterlibatan proyek Bystrinsky di Timur Jauh Rusia, yang sebagian besar produknya dikirim ke Tiongkok.
Nornickel saat ini sedang memantau situasi dan dampak sanksi ini terhadap bisnis mereka, sementara mereka terus berusaha menjaga operasional dan keuangan perusahaan di tengah berbagai tekanan eksternal. (Aninda)