NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pakar Energi Universitas Gajah Mada, Tumiran, mengatakan, penggunaan energi nuklir dalam penyediaan listrik merupakan langkah yang baik dalam mendukung upaya Pemerintah mengurangi penggunaan energi fosil.
Hal ini sebagaimana dikutip pers rilis Kementerian ESDM acara Workshop Aspek Keselamatan, Kelistrikan, dan Keekonomian dari Teknologi ThorCon 500 MW di Jakarta, pada Selasa (30/7/2024).
“Nuklir adalah salah satu opsi yang dapat dipilih Pemerintah untuk sistem listrik di Indonesia di masa depan,” kata Tumiran dalam acara tersebut.
Sejalan dengan Tumiran, Direktur Operasi PT Thorcon Power Indonesia, Bob S. Effendi, menjelaskan, selain bersumber dari energi baru terbarukan, dari segi keekonomian nuklir lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Penggunaan energi nuklir nantinya akan lebih kompetitif dengan harga batubara,” jelas Bob.
Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, memaparkan, pemerintah memasukkan opsi nuklir dalam rencana penyediaan tenaga listrik yang lebih bersih dan handal dalam rangka diversifikasi sumber energi dan pengurangan emisi karbon.
Dia mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya energi memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi pada level global.
“Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia akan menjadi bagian integral dari strategi energi untuk memasukkan energi nuklir ke dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN),” kata Jisman tersebut.
Menurutnya, tantangan utama dalam pengembangan teknologi nuklir adalah persepsi dan penerimaan publik terhadap energi nuklir. Edukasi dan sosialisasi yang tepat menjadi hal yang sangat penting untuk mengubah pandangan masyarakat dan membangun kepercayaan terhadap keamanan dan manfaat teknologi ini.
“Kita perlu mengedukasi masyarakat tentang keuntungan dan keselamatan penggunaan energi nuklir, serta langkah-langkah mitigasi risiko yang telah diterapkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, dibutuhkan koordinasi yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan lembaga penelitian, yang sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.
“Kerja sama lintas sektoral harus diperkuat untuk mengatasi hambatan-hambatan dan memastikan bahwa semua pihak bekerja dalam satu arah yang sama,” tambahnya.
Dikaitkan dengan transisi energi, ketika penggunaan kendaraan listrik semakin meningkat maka kebutuhan listrik pun akan meningkat.
Hal ini sejalan dengan CEO dan Founder Infien Solar Integrated System, Muhammad Firmansyah, yang mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk kendaraan listrik.
“Namun tertinggal jauh dengan Jerman yang secara rata-rata telah menggunakan kendaraan listrik lebih dari 80% sedangkan Indonesia utilisasinya masih dibawah 5% khusus untuk kendaraan listrik,” kata Firman.
Menurutnya, ke depannya kalau kendaraan listrik itu berjalan, pasti listrik menjadi kebutuhan utama dan Infien menyediakan solusi melalui alat Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik menggunakan tenaga surya.
“Jadi orang tidak perlu pusing-pusing tagihannya jebol, tokennya bakal jebol berapa, karena sumbernya dari Matahari,” pungkasnya. (Shiddiq)