Beranda Berita International Harga Nikel selama Empat Bulan Berturut-turut Naik Sejak Februari hingga Mei 2024

Harga Nikel selama Empat Bulan Berturut-turut Naik Sejak Februari hingga Mei 2024

2951
0
Bagan Harga Nikel LME per Senin, 24 Juni 2024

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Dalam Laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2024 Bank Dunia mengatakan bahwa harga nikel dunia selama 4 bulan berturut-turut mengalami kenaikan sejak Februari 2024 hingga Mei 2024.

Data Bank Dunia pada bulan Mei 2024 harga nikel kadar minimal 99,8% di pasar London Metal Exchange (LME) rata-rata sudah mencapai US$19.586,98 per ton.

“Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun, harga nikel dunia pada Mei 2024 sudah meningkat 21,6% (year-to-date)” kata data Bank Dunia seperti dikutip databoks.com, Senin (24/6/2024).

Namun, menurutnya, jika dibanding Mei tahun lalu, harganya masih lebih rendah 10,8% (year-on-year). Bank Dunia juga memproyeksikan harga nikel tahun ini akan berfluktuasi hingga rata-ratanya berkisar US$17.000 per ton, lebih rendah 21% dibanding rata-rata harga tahun 2023 yang mencapai US$21.521 per ton.

Lebih lanjut, dari data Bank Dunia tersebut, menyatakan bahwa turunnya harga nikel salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan pasokan.

“Produksi nikel global diperkirakan meningkat pada 2024, meskipun ada beberapa tambang yang ditutup sebagai respons terhadap penurunan harga nikel terus-menerus, yang harganya sudah turun hampir 40 persen sejak 2022,” sebut data Bank Dunia.

Dia mengungkapkan bahwa peningkatan produksi nikel sebagian besar berasal dari Indonesia. “Serta mencerminkan lonjakan investasi smelter yang mayoritas berasal dari China,” pungkasnya.

Sementara dari pengamatan MNI-nikel.co.id, harga kontrak 3 bulan nikel per April 2024 mencapai 1,8% melonjak sebesar US$19.675 per ton pada Selasa (23/4/2024), dan kenaikan ini membawa tren positif bagi harga nikel sepanjang 2024, dengan penguatan mencapai 18,5% dan mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini.

Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, mengungkapkan, faktor kenaikan harga nikel ini ditentukan oleh beberapa faktor pada saat acara Indonesia Mining Conference di Jakarta, Selasa (30/4/2024).

“Kondisinya karena ada invasi Rusia. Mau tidak mau Rusia tidak bisa masuk dalam bursa berjangka London Metal Exchange (LME). Produksi Australia, New Caledonia, dan Papua New Guinea, drop total,” kata Meidy.

Menurutnya, kondisi itu menyebabkan pasokan produksi nikel hanya datang dari Indonesia dan Kanada.

“Kalau kita bandingkan Indonesia dan Kanada, cost produksinya jauh. Dan yang paling penting kemarin terjadi lagi penarikan besar-besaran di gudangnya Korsel dan Malaysia. Itu yang menyebabkan stok galonnya menurun drastis sehingga harganya langsung melonjak,” ujarnya.

Dia menjelaskan, cost produksi Indonesia rendah karena nikel Indonesia berada di permukaan. Penggaliannya lebih mudah daripada Kanada.

“Kenapa kita cost produksi paling rendah? Karena kita terbagi dua tipe. Kita ada di kondisi laterit. Artinya di permukaan. Galinya lebih gampang dibanding di Kanada, mereka ambil nikel di underground loh,” ungkapnya.

Namun, dirinya mengatakan, kenaikan harga ini tidak akan berlaku sampai dua bulan. Dalam waktu tiga bulan lagi diperkirakan harga nikel akan menembus hingga US$15.000. Dan itu akan berlaku sampai kuartar kedua tahun depan.

“Makanya saya mengimbau yang punya nikel, jual sekarang, Karena kondisi sekarang masih ok,” pungkasnya.

Sementara untuk harga nikel terbaru di bursa komoditas nikel internasional LME, pada sesi penutupan sore ini, Senin, (24/6/2024), pukul: 15.06 wib sebesar US$17.224,00 per ton. (Shiddiq)