Beranda Juni 2024 Dana Pembangunan Pabrik HPAL PT ESG Selesai Ditandatangani Sebesar US$490 Juta

Dana Pembangunan Pabrik HPAL PT ESG Selesai Ditandatangani Sebesar US$490 Juta

2451
0
Pabrik Smelter/Pengelolaan

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Pembiayaan pembangunan Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Merdeka Battery Materials (MBM) melalui anak usahanya PT ESG New Energy Material (PT ESG) dengan kapasitas produksi sebesar 30.000 ton per tahun melalui dana pinjaman oleh Bangkok Bank, PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk sebesar US$490 juta telah selesai ditandatangani.

“Pembiayaan Proyek HPAL ESG, PT ESG telah menandatangani perjanjian pinjaman definitif dengan Perusahaan Terbatas Publik Bangkok Bank, BNI dan Bank Mandiri, ketiganya disebut sebagai Pemberi Pinjaman Komersial untuk mendanai pembangunan pabrik HPAL berkapasitas 30.000 ton per tahun,” kata Sekretaris Perusahaan MBM, Deny Greviartana Wijaya yang dikutip dalam keterangan pers perusahaan Merdeka Battery Materials, Selasa (4/6/2024).

Menurutnya, konstruksi proyek telah berjalan sesuai rencana, dengan perkiraan pelaksanaan proyek pada akhir tahun 2024 dan dengan manfaat jaminan biaya konstruksi yang diberikan oleh GEM Co., Ltd (GEM).

“Setelah melewati periode uji tuntas yang komprehensif dan tinjauan teknis independen, Pemberi Pinjaman Komersial telah menunjukkan kepercayaan mereka dengan memberikan dukungan pendanaan yang signifikan untuk membangun proyek HPAL PT ESG,” ujarnya.

Dia menjelaskan, terkait persyaratan material dari fasilitas yaitu, peminjam merupakan PT ESG dengan komitmen sebesar US$490 juta, dan jangka waktu pelunasan 7 tahun, serta dasar bunga dengan SOFR ditambah margin tetap per tahun, tingkat keamanan adalah senior diamankan tanpa bantuan MBM hingga pelunasan pada Kuartalan, tergantung pada jangka waktu pelunasan yang disepakati, termasuk pembayaran balon pada saat jatuh tempo.

“Tidak ada pembayaran terjadwal hingga 2H 2026 dan lainnya adalah fasilitas ini tunduk pada syarat dan ketentuan yang lazim untuk pembiayaan proyek semacam ini,” jelasnya.

Ia juga memaparkan, pembiayaan proyek ini mewakili kepastian finansial dan tonggak penting dalam memajukan strategi hilir material baterai MBM. Hal ini juga memastikan bahwa PT ESG didanai sepenuhnya bila digabungkan dengan kontribusi ekuitas pemegang saham. Hingga saat ini, pemegang saham PT ESG telah menginvestasikan sekitar US$100 juta untuk pembangunan proyek tersebut.

“Sisa pendanaan pemegang saham, dari sumber yang tersedia, akan dikontribusikan pada 2Q 2024,” paparnya.

Menurut Deny, partisipasi lembaga-lembaga perbankan domestik dan regional terkemuka dalam proyek ini merupakan dukungan kuat terhadap kualitas MBM dan dukungan berkelanjutan pemerintah Indonesia terhadap industri mineral dan pengolahan dalam negeri. Perubahan Kepemilikan PT Merdeka Industri Anantha (PT MIA) untuk Mengoptimalkan Fleksibilitas Pembiayaan Investasi MBM di PT ESG dilakukan melalui anak perusahaannya, PT MIA.

Sebagai bagian dari keseluruhan pembiayaan PT ESG, MIA telah memperoleh proposal pendanaan dari Arniko Materials Pte Ltd (Arniko), investor keuangan regional yang berbasis di Singapura. Berdasarkan proposal pendanaan, Arniko akan mengambil bagian saham baru di MIA, sehingga menghasilkan 55% kepemilikan saham, sementara MBM mempertahankan 45% sisanya.

“Akibatnya, pembiayaan proyek tersebut tidak akan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan MBM. Pendanaan dari Arniko berarti MIA didanai penuh untuk kewajiban pendanaan pembangunan pabrik PT ESG HPAL,” imbuhnya.

Dia menuturkan, investasi Arniko termasuk memberikan opsi beli kepada MBM, yang memberikan hak kepada MBM untuk mengakuisisi kembali 55% kepemilikan saham MIA. Opsi beli yang dimiliki MBM ini dapat dilaksanakan setelah pabrik PT ESG HPAL beroperasi selama satu tahun dan setelah mencapai EBITDA positif selama empat kuartal berturut-turut.

“Setelah melaksanakan opsi beli, MBM akan mendapatkan kembali 100% kepemilikan MIA. Usulan investasi di MIA semakin menunjukkan ketertarikan investor pihak ketiga terhadap sektor bahan baterai yang sedang berkembang di Indonesia terhadap persyaratan pembiayaan yang menarik bagi pemegang saham MBM,” tuturnya. (Shiddiq)