Beranda Nikel Sekum APNI Beberkan Penyebab Kenaikan Harga Nikel

Sekum APNI Beberkan Penyebab Kenaikan Harga Nikel

2157
0
Sekum APNI, Meidy Katrin Lengkey saat penerima piagam pada acara Indonesia Mining Conference. Dok: MNI/ Varrel.

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Harga nikel pada Selasa (23/4/2024) menjadi saksi kenaikan harga nikel yang mengesankan. Menurut data dari London Metal Exchange (LME) pada pukul 13.40 WIB, harga kontrak 3 bulan nikel meroket 1,8%, melonjak menjadi US$19.675 per ton, mendekati harga psikologis US$20.000.

Kenaikan ini bukan sekadar angka, namun membawa tren positif bagi harga nikel sepanjang 2024, dengan penguatan mencapai 18,5% dan mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini.

Sekretaris Umum (Sekum) Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan faktor kenaikan harga nikel ini. Pada acara Indonesia Mining Conference di Jakarta, Selasa (30/4/2024), ia berpendapat kenaikan harga nikel ditentukan oleh beberapa faktor.

“Kondisinya karena ada invasi Rusia. Mau tidak mau Rusia tidak bisa masuk dalam bursa berjangka London Metal Exchange (LME). Produksi Australia, New Caledonia, dan Papua New Guinea, drop total,” katanya.

Kondisi itu menyebabkan pasokan produksi nikel hanya datang dari Indonesia dan Kanada. 

“Kalau kita bandingkan Indonesia dan Kanada, cost produksinya jauh. Dan yang paling penting kemarin terjadi lagi penarikan besar-besaran di gudangnya Korsel dan Malaysia. Itu yang menyebabkan stok galonnya menurun drastis sehingga harganya langsung melonjak,” jelas Meidy.

Cost produksi kita rendah karena nikel kita berada di permukaan. Penggaliannya lebih mudah daripada Kanada. 

“Kenapa kita cost produksi paling rendah? Karena kita terbagi dua tipe. Kita ada di kondisi laterit. Artinya di permukaan. Galinya lebih gampang dibanding di Kanada, mereka ambil nikel di underground loh,” ungkapnya. 

Namun, dirinya mengatakan, kenaikan harga ini tidak akan berlaku sampai dua bulan. Dalam waktu tiga bulan lagi diperkirakan harga nikel akan menembus hingga US$15.000. Dan itu akan berlaku sampai kuarter kedua tahun depan.

“Makanya saya mengimbau yang punya nikel, jual sekarang, Karena kondisi sekarang masih ok,” paparnya. 

Menurutnya ini adalah prediksi dari para pelaku nikel global. Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan, bulan depan akan dirilis aplikasi Simbara. Simbara telah berjalan di batu bara.
Simbara dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan tata kelola di sektor mineral dan batu bara. Materi mengenai Simbara akan dibahas dalam Training of Trainers (TOT) APNI yang akan berlangsung pada 15–17 Mei 2024 di Hotel Grand Sahid, Jakarta. (Aninda)