Beranda Nikel Harga Nikel Tembus Rekor US$19.300 pada Tahun 2024, Dipicu RI–Rusia

Harga Nikel Tembus Rekor US$19.300 pada Tahun 2024, Dipicu RI–Rusia

2337
0
Ilustrasi kawasan tambang nikel. (freepik.com)
Ilustrasi kawasan tambang nikel. (freepik.com)

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Harga nikel mencatatkan lonjakan signifikan hingga melampaui level psikologis US$19.000. Kenaikan ini beriringan dengan penurunan pasokan yang terbatas, dipicu oleh penundaan persetujuan kuota pertambangan Indonesia dan larangan penggunaan produk logam Rusia.

Berdasarkan data dari London Metal Exchange (LME), pada Jumat (19/4/2024), harga nikel kontrak 3 bulan meroket 4,1% menjadi US$19.326 per ton atau setara dengan Rp314.047.500 (dengan kurs US$1=Rp 16.250).

Dalam kurun waktu seminggu, harga nikel menguat sebesar 8,29%, menandai tren positifnya sepanjang 2024 dengan kenaikan sebesar 16,4% yang membawa harga mencapai level tertinggi sepanjang tahun.

S&P Commodity Insights melaporkan bahwa lonjakan harga nikel disebabkan oleh kekhawatiran terhadap pasokan, yang dipicu oleh proses persetujuan kuota pertambangan Indonesia yang terhambat.

Ketegangan pasar nikel di Asia juga didorong oleh keterbatasan pasokan MHP (mixed hydroxide precipitate) dan nikel sulfat selama kuartal pertama, ditambah dengan sentimen bullish yang muncul akibat kekhawatiran terhadap penundaan persetujuan kuota pertambangan Indonesia.

Secara keseluruhan, kekuatan pasar nikel di kuartal I-2024 mendukung produk-produk lain dalam rantai nilai, termasuk nikel pig iron, sulfat nikel, dan harga MHP.

Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar di dunia, mengalami penundaan dalam persetujuan pertambangan di awal tahun ini, yang menyebabkan kekhawatiran terhadap pasokan dan lonjakan harga. Negara tersebut memperpanjang masa berlaku rencana pertambangan menjadi tiga tahun dari satu tahun, yang mengurangi frekuensi pengajuan kembali kuota tetapi memperlambat waktu persetujuan dan memperlambat persetujuan izin.

Namun demikian, diprediksi bahwa harga nikel akan melemah seiring dengan bertambahnya pasokan bijih nikel secara bertahap di kuartal II-2024, sejalan dengan peningkatan persetujuan kuota pertambangan Indonesia dan pengiriman dari Filipina yang pulih setelah musim monsun, yang kemungkinan akan menekan harga nikel ke bawah.

“Kami memperkirakan pasar nikel primer global akan tetap surplus pada tahun 2024 sebesar 128.000 ton, dengan harapan bahwa tekanan terhadap produksi nikel primer Indonesia akan mereda seiring dengan lebih banyak kuota yang disetujui,” kata Jason Sappor, seorang analis senior riset logam dan pertambangan yang dikutip dari S&P Global Commodity Insights.

Dalam jangka pendek, pelaku pasar mengantisipasi kondisi cuaca buruk dan kelangkaan tenaga kerja serta peralatan yang akan mendorong kenaikan harga. Selain itu, libur panjang di Indonesia dan Filipina diharapkan terus mempengaruhi operasi pertambangan, serta produk nikel kelas II seperti NPI dan nikel sulfat.

Sementara itu, kekhawatiran yang berlanjut tentang penurunan impor bijih nikel China, yang turun 22,5% secara tahunan pada Januari-Februari, mencerminkan ketidakpastian seputar kebijakan Indonesia dan perannya sebagai pemasok utama.

Selain itu, kenaikan harga juga disebabkan oleh larangan impor logam yang diberlakukan oleh Rusia, termasuk aluminium, tembaga, dan nikel.

Menurut laporan Reuters, sanksi tersebut bertujuan untuk mengurangi pendapatan ekspor Rusia di tengah perang di Ukraina dan mengurangi risiko gangguan pasar. Akibatnya, stok logam Rusia di bursa global terpangkas akibat kebijakan baru ini, meskipun produk logam Rusia yang tidak lagi diperdagangkan masih dapat ditarik dari gudang.

Hal ini memiliki dampak signifikan bagi LME karena 40% dari stok logam yang tersedia berasal dari Rusia. Pangsa stok aluminium Rusia yang tersedia di gudang yang terdaftar di LME mencapai 91% pada Maret, sedangkan proporsi tembaga mencapai 62%. Nikel Rusia di gudang LME menyumbang 36% dari total volume.

Rusia merupakan produsen logam utama, dengan pangsanya dalam produksi global mencapai 5% untuk aluminium, 6% untuk nikel olahan, dan 4% untuk tembaga. Pejabat AS dan Inggris berharap bahwa sanksi terbaru ini akan meningkatkan diskon perdagangan logam Rusia di luar bursa.

Pasokan logam Rusia ke Inggris telah berkurang karena Inggris melarang impor pada 2023. Sementara pasokan ke Amerika Serikat juga terbatas karena Washington memberlakukan tarif tinggi terhadap impor logam Rusia pada tahun sebelumnya. (Aninda)