NIKEL.CO.ID, JAKARTA – PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power yang berbasis di Karawang, Jawa Barat, akan memulai produksi komersial baterai kendaraan listrik pada April 2024.
Hal itu disampaikan Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers pada Senin (18/3/2024).
Momentum ini menandai Indonesia sebagai negara produsen sel baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara.
Sebelumnya, pada 15 September 2021, Presiden Jokowi sudah melakukan groundbreaking PT HLI Green Power di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, ia meninjau langsung pabrik baterai mobil listrik PT HLI Green Power tersebut.
Pada fase pertama, PT HLI menyerap investasi sebesar US$1,1 miliar dan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan listrik.
Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh.
Adapun terkait rencana investasi hilirisasi nikel, Bahlil mengungkapkan PT Vale dan CATL akan melakukan groundbreaking.
PT Vale sedang membuat pabrik HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan, pabrik RKEF dan Stainless Steel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan pabrik HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Untuk pabrik HPAL di Sorowako, Vale akan bekerja sama dengan Huayou untuk membangun pabrik dengan kapasitas 60.000 ton Ni/tahun dalam MHP dan akan menggandeng pabrikan otomotif atau nonChinese investor lainnya (seperti: POSCO, LG Chem, Ford, dan VW).
Nilai investasi diperkirakan sebesar Rp30 triliun (pabrik dan tambang). Konstruksi sendiri dilaksanakan mulai akhir 2023 dan akan menghasilkan produk jadi hingga precursor.
Untuk pabrik RKEF di Bahodopi akan menghasilkan 73 kt – 80 kt Ni/tahun dalam FeNi dan akan bekerja sama dengan TISCO dan Xinhai. Nilai investasi untuk pabrik dan tambang diperkirakan Rp34 triliun (pabrik dan tambang).
Konstruksinya sedang berjalan dan akan menjadi pabrik RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara, tetapi gas bumi. Diharapkan, pabrik ini akan menghasilkan produk jadi hingga baja nirkarat.
Untuk pabrik HPAL di Pomalaa, akan menghasilkan MHP dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni/tahun dan akan bekerja sama dengan Huayou dan Ford. Total nilai investasinya untuk pabrik dan tambang sebesar Rp66 triliun. Konstruksinya sedang berjalan dan akan menghasilkan produk jadi hingga precursor.
“Beberapa perusahaan yang kemarin wait and see belum mau melakukan investasi sudah mulai menyampaikan akan segera melakukan groundbreaking,” katanya. (Aninda)