Beranda Februari 2024 ESDM: Kebijakan Transisi Energi Diperlukan untuk Mencapai Dekarbonisasi

ESDM: Kebijakan Transisi Energi Diperlukan untuk Mencapai Dekarbonisasi

2558
0

NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan, perlunya kebijakan transisi energi untuk mencapai dekarbonisasi di tengah perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial.

Hal ini disampaikannya dalam kuliah umum pada Onboarding Nasional Program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Gerilya Academy Batch 6 secara daring, pada Jumat, 16 Februari 2024. Indonesia memiliki beragam potensi EBT sebesar 3.689 GW, terdiri dari potensi surya (3.294 GW), hidro (95 GW), bioenergi (57 GW), angin/bayu (155 GW), panas bumi (23 GW), dan laut (63 GW).

“Alam sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk kita, tinggal bagaimana kita dapat mengelolanya hingga bisa memberikan manfaat dengan tetap memperhatikan lingkungan,” kata Dadan saat memberikan motivasi dan inspirasi bagi 89 mahasiswa Gerilya Academic untuk berperan aktif dalam menjawab tantangan transisi energi yang akan datang.

Menurutnya, beberapa komitmen pemerintah untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ditegaskan melalui Enhanced NDC dimana pemerintah menargetkan penurunan emisi GRK di sektor energi pada tahun 2030 sebesar 31,89% (dengan kemampuan sendiri) dan 43,20% (dengan dukungan internasional).

“Pemerintah Indonesia juga berkomitmen dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat lagi. Dalam hal ini dukungan internasional juga ditunjukkan melalui Just Energy Transition-Partnership (JET-P) dan Asia Zero Emissions Community (AZEC),” ujarnya.

Dia menjelaskan, pentingnya harmonisasi antar dimensi dalam trilema energi untuk mencapai sistem energi berkelanjutan.

“Transisi energi tidak hanya tentang keberlanjutan, namun juga tentang kesetaraan energi dan ketahanan energi,” jelasnya di hadapan mahasiswa yang berasal dari 45 kampus di Indonesia tersebut.

Ia menuturkan, salah satu tantangan dalam kesetaraan dan ketahanan energi adalah infrastruktur untuk memberikan akses energi di seluruh Indonesia.

“Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah dalam memberikan akses, termasuk memberikan akses listrik sebelum masuknya listrik PLN ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau jaringan PLN,” tuturnya ketika memaparkan berbagai tantangan transisi energi.

“Untuk menuju NZE, kita juga menyiapkan supergrid sebagai interkoneksi listrik yang akan menghubungkan Pulau-pulau besar di Indonesia,” sambungnya.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, Agus Cahyono Adi, menyampaikan rasa terima kasih atas partisipasi dan dukungan semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya program Gerilya Academy termasuk MSIB Kemendikbudristek, USAID Sinar, unit-unit di lingkungan Ditjen EBTKE, PPSDM KEBTKE, para pengajar, tim kurikulum, dan mentor Gerilya Academy.

“Semangat ini akan terus membara dan menginspirasi generasi muda Indonesia dalam menghadapi tantangan transisi energi ke depan,” kata Agus.

Gerilya Academy merupakan singkatan dari Generation of Renewable Energy Involving Youth Action Academy, dan inisiatif Kementerian ESDM untuk melibatkan mahasiswa dalam upaya mengembangkan EBTKE di Indonesia. Dalam Gerilya Academy Batch 6, 89 mahasiswa dari 45 perguruan tinggi di seluruh Indonesia telah dipilih melalui proses seleksi ketat dari total 1.620 pendaftar.

Agus menyebutkan, para peserta yang hadir adalah mahasiswa teknik, termasuk jurusan sosio-humaniora. Hal ini menunjukkan inklusivitas program dalam mempersiapkan pemimpin masa depan yang komprehensif dalam mendorong transisi energi.

Para peserta mahasiswanya sebelumya telah menjalani orientasi dan pembekalan dasar tentang EBTKE sejak 1 Februari 2024. Mereka juga dijadwalkan mengikuti berbagai kegiatan di Jakarta, termasuk Bimbingan Teknis dan Pelatihan di Kampus PPSDM KEBTKE Ciracas, serta acara peluncuran resmi Gerilya Academy yang dijadwalkan pada 29 Februari 2024 oleh Menteri ESDM, sebelum mahasiswa diterjunkan ke perusahaan EBT untuk melaksanakan Team Based Project.

Mahasiswa ini berasal dari berbagai daerah diantaranya dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Banda Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, hingga Nusa Tenggara Barat. (Shiddiq)