
NIKEL.CO.ID, 18 Agustus 2022-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa salah satu kekuatan yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya alam (SDA). Karena itu, hilirisasi dan industrialisasi SDA yang sedang dijalankan pemerintah harus terus dilakukan.
Presiden Jokowi mencontohkan hilirisasi nikel, telah meningkatkan ekspor besi baja 18 kali lipat. Ia ingat di tahun 2014, hanya sekitar Rp 16 triliun, tapi di tahun 2021 kemarin meningkat menjadi Rp 306 triliun karena sudah diekspor dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi.
Di akhir tahun 2022 ini, Presiden Jokowi berharap ekspor produk olahan nikel sudah bisa mencapai Rp 440 triliun.
“Itu hanya dari nikel. Sekali lagi, itu hanya dari nikel,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-77 Kemerdekaan RI pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang bersama DPR-DPR-DPD di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2022).
Selain penerimaan pajak, ekspor produk hilirisasi dan industri nikel dapat meningkatkan devisa negara, sehingga kurs rupiah lebih stabil. Bahkan sekarang ini, ungkap Presiden Jokowi, Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global. Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikut berinvestasi di Indonesia.
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Wilayah yang luas dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia pasti menjadi kekuatan besar Indonesia jika kita kelola secara bijak dan berkelanjutan.
Syaratnya satu, Presiden Jokowi menekankan, harus dihilirkan dan diindustrialisasikan di dalam negeri, agar nilai tambahnya bisa maksimal untuk kepentingan nasional. Hal ini akan membuka lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Presiden Jokowi juga menyebutkan bahwa pertumbuhan investasi saat ini meningkat tajam, di mana saat ini 52 persen di antaranya sudah berada di Luar Jawa. Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia sentris.
Setelah nikel, disampaikan Presiden Jokowi, Pemerintah Indonesia juga akan terus mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan hilirisasi timah. Dan Indonesia harus berani membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
Dalam pidato kenegaraan, Presiden Jokowi juga menyampaikan program pemerintah lainnya, seperti ketahanan pangan, farmasi, energi, hukum, sosial, politik, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara.
APNI Mendukung Hilirisasi Industri
Merespon pidato kenegaraan Presiden Jokowi terkait hilirisasi industri nikel, Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel (APNI), Meidy Katrin Lengkey berpandangan, Indonesia akan memiliki banyak keuntungan jika bijih nikel diolah di dalam negeri. Indonesia menguasi 23,7 persen sumber cadangan nikel dunia dari sekitar 12 negara penghasil nikel.

“Saat ini Indonesia tidak hanya memiliki cadangan nikel terbesar, tetapi juga produsen terbesar dunia yang mengolah tidak hanya bijih nikel ataupun bahan bakunya, tetapi sudah masuk ke pengelolaan,” kata Meidy Katrin Lengkey.
Produk olahan nikel ini juga memiliki market yang besar. Meidy Katrin Lengkey mencontohkan produk olahan nikel yang menggunakan teknologi HPAL menjadi katoda dan prekursor sebagai pengantar daya baterai listrik tipe Nikel mangan cobalt (NMC). Baterai NMC ini perlu ada tambahan lithium.
Baterai yang sudah di-coating digunakan untuk EV, handphone, laptop, solar panel. Dalam hal ini, lanjutnya, jika semua resources nikel diolah di Indonesia, tentu memberikan nilai tambah, yaitu pertama, secara nama Indonesia punya power, bagaimana Indonesia mengeguasai dunia dari bahan baku baterai. Kedua, Indonesia juga punya market jika kita berbicara untuk EV.
Menurutnya, jika Indonesia sudah menjadi pusat industri beterai dunia, tentunya daerah ikut bangkit. Pendapatan daerah naik, penerimaan negara juga ikut naik. Dari situlah tingkat kehidupan masyarakat di Indonesia ikut meningkat.
Namun, menurutnya, jika bicara hilirisasi industri, harus didukung teknologi modern untuk prosesing pengolahan (smelter) mineral logam. Pengadaan teknologi modern di industri pengolahan membutuhkan biaya yang besar.
Teknologi smelter lokal yang ada saat ini, menurut Meidy Katrin Lengkey, bisa dibilang kalah canggih dengan teknologi dari negara lain. Karena itu, butuh adaptasi SDM nasional untuk mengoperasikan teknologi di smelter-smelter yang berasal dari investasi asing.
“Investasi hilirisasi industri nikel saat ini kebanyakan dari luar negeri. Kita harus mendukung bagaimana teknologi-teknologi yang ada di Indonesia dalam mengelola sumber daya alam Indonesia betul-betul bermanfaat untuk rakyat Indonesia,” tuturnya.
APNI, diutarakan Meidy Katrin Lengkey, memang organisasi para pelaku pertambangan nikel di hulu. Namun, bukan berarti APNI hanya terdiam mengelola hulu saja, tetapi bagaimana sektor hulu bisa berkontribusi ke sektor hilir, sehingga terhilirisasi.
“Sektor hilir tidak akan ada artinya tanpa adanya bahan baku dari pelaku pertambangan nikel di hulu,” ujarnya.
Ia menekankan, yang terpenting pengelolaan sumber daya alam Indonesia harus dilakukan secara good mining practice agar bisa membawa manfaat untuk masyarakat sekitar tambang, serta dapat meningkatkan pendapatan daerah.
“Pemerataan asas manfaat dari pengelolaan SDA ini selaras dengan cita-cita para founding father Indonesia untuk memberikan rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi, kemerdekaan bukan semata-mata merdeka dari perang, tetapi juga dari penyebaran ekonomi yang merata,” jelasnya.
Sebagai organisasi yang dibentuk Ditjen Minerba, Kementerian ESDM, disampaikan Meidy Katrin Lengkey, APNI ikut berperan mendukung kebijakan dan program pemerintah. APNI juga mendukung dibukanya pembangunan smelter bagi pihak asing di sektor hilir. Namun, harus didorong bagaimana keberadaan industri hilir memberikan kontribusi pendapatan untuk negara.
Seperti disampaikan Ketua Umum APNI, Nanan Soekarna bahwa yang dilakukan dan diperjuangan APNI untuk kepentingan Merah Putih.
“Ketua Umum APNI, Bapak Nanan Soekarna mengatakan, pengelolaan sumber daya alam Indonesia, khususnya nikel untuk mewujudkan negara ini adidaya, masyarakatnya sejahtera, dan pengusahanya pun bahagia,” kata Meidy Katrin Lengkey. (Fia/Syarif)