NIKEL.CO.ID, 19 MEI 2023 – Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina Power Indonesia, Norman Ginting, menyampaikan dua langkah PT Pertamina Tbk, dalam melakukan dekarbonisasi, yaitu efisiensi energi dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih massif.
Hal ini disampaikan Norman dalam acara webinar yang bertema “DETalk – Invest in Our Planet: An Action to Find Solution for Enviromental Challenges” baru-baru ini.
“Kita lakukan secara agresif mulai dari upstream ke downstream. Mulai dari baterai termasuk juga battery production yang terhubung hingga ke recycle, dan ini kita lakukan melalui IBC,” kata Norman.
Menurutnya, PT Pertamina juga sedang membangun infrastruktur ekosistem kendaraan listrik di Bali. Saat ini sudah ada sebanyak 120 unit kendaraan roda dua yang menggunakan electric vehicle (EV) yang sekarang dalam tahap uji coba.
“Dan akan dilakukan di kota-kota lainnya, sehingga kita bisa merasakan bahwa model batrerai swap itu akan banyak membantu bagaimana tumbuh kembangnya kendaraan roda dua berbasis listrik,” ujar Direktur Proyek dan Operasi PT Pertamina.
Dia menjelaskan, infrastruktur itu merupakan salah satu pilar yang menjadi future energy. Selain itu, ada juga green hydrogen sebagai part of the re-energy yang bisa dilihat dari tumbuhnya ekosistem EV sebagai subtitusi dari kendaraan-kendaraan berbasis ICA (Intelligent Cruise Assistance).
“Nantinya dalam proses transisinya itu akan membutuhkan yang namanya hidrogen dalam proses setelah eranya EV,” jelasnya.
Kemudian, Norman mengungkapkan langkah-langkah persiapan infrastruktur green hydrogen bisa berkembang dengan skala yang lebih masif. Dalam proyek pembangunan green hydrogen memiliki potensi kerja sama yang cerah ke depannya.
“Kita lihat di sini ada yang di Sulawesi yang akan memanfaatkan lapangan gheothermal kita di Lahendong, kemudian di Batam, mainland Sumatera, dan Cilegon,” ungkapnya.
Dia memaparkan dekarbonisasi juga bisa memanfaatkan hutan yang bukan saja sebagai penghasil O2 atau oksigen, tetapi juga sebagai penyerap CO2 karbondioksida dan bisa menghasilkan nilai ekonomis yang lebih besar sebagai karbon trading energy solution.
Intinya, menurut dia, ada dua hal dari energy efisiensi yang penting, yaitu energi baru terbarukan yang akan ditumbuhkan dengan skala yang lebih besar. Kemudian ada energi efisiensi yang sebenarnya sudah dimanfaatkan, sehingga konsumsi energi bisa lebih hemat lagi. Sehingga target pemerintah dalam energi intensif indeksnya bisa semakin mengecil.
Hal ini sesuai dengan komitmen Pertamina, akan melakukan langkah-langkah konkrit dalam pencapain dekarbonisasi melalui energi baru terbarukan dengan memanfaatkan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang lebih banyak, termasuk green hydrogen melalui EV dan natural based solution.
“Terakhir, energi efisiensi adalah yang terpenting karena ini akan mampu mendorong pencapaian net zero emission yang ditargetkan oleh pemerintah dengan dukungan seluruh stakeholder,” pungkas Norman. (Shiddiq)