NIKEL.CO.ID, JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) secara kontinu melakukan updating dan upgrading para anggota APNI, khususnya, dan pelaku tambang nikel umumnya. Hal tersebut merupakan salah satu layanan yang diberikan organisasi yang mewadahi para penambang nikel di Indonesia ini, sehingga nantinya dapat melaksanakan good mining practice (GMP) dengan lebih baik lagi.
Program edukasi yang secara rutin dilaksanakan APNI adalah training of trainers (TOT). Empat seri TOT APNI sudah berlangsung. Dalam waktu dekat ini, tepatnya 13–15 Mei 2024, APNI kembali melaksanakan TOT yang kini memasuki seri kelima bertempat di Ballroom Puri Ratna, Hotel Grand Sahid, Jakarta Selatan.
Mengambil tema “Menuju Transformasi Tata Kelola Pertambangan dan Tata Niaga Mineral Nikel”, APNI menghadirkan pembicara-pembicara dari lembaga/kementerian berkompeten di bidang pertambangan, khususnya pertambangan nikel.
Berdasarkan penanganan tata kelola pertambangan dan tata niaga mineral yang harus sinkron secara komprehensif, pada TOT APNI Seri 5 ini akan dihadirkan materi-materi yang relevan. Salah satunya, Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), yang diperjuangkan APNI menjadi 3 tahunan, dibahas tuntas pada kesempatan ini.
Seluk-beluk Sistem Informasi Mineral dan Batu Bara (Simbara) yang terus disosialisasikan akan dipaparkan secara gamblang di TOT kali ini. Para peserta akan diajak terlibat langsung memperdalam cara implementasi Simbara sebagai prosedur wajib dalam pelaporan transaksi dan perdagangan mineral nikel didukung oleh sistem digitalisasi pertambangan yang layak (proper).
Materi lainnya yang akan dipaparkan dalam TOT APNI Seri 5 ini adalah
– Rencana penyesuaian dan perhitungan ulang formula Harga Patokan Mineral (HPM);
– Standardisasi surveyor berdasarkan analisis produk pertambangan;
– Formulasi dan metodologi untuk harga nikel dari hulu ke hilir;
– Perhitungan mineral pengikut dalam mineral nikel, yang belum diperhitungkan secara nasional;
– Perhitungan pembayaran kewajiban PPh badan perusahaan pertambangan; dan
– PNBP/royalti berdasarkan harga Harga Mineral Acuan (HMA) nikel berbasis FOB–CIF.
Hal yang menarik dari TOT Seri 5 ini adalah pembahasan unsur pengawasan proses pertambangan hingga suplai dan permintaan. Karena itu, APNI menghadirkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memaparkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) dalam lingkup panduan cegah korupsi. Dalam kesempatan tersebut, TNI AL akan memberikan pencerahan kepada para peserta TOT mengenai prosedur dan keamanan untuk angkutan laut pertambangan.
Tata kelola pertambangan yang baik harus juga mengikutsertakan kepentingan generasi masa depan Indonesia. Kita boleh saja menambang nikel, kobalt, mangan, batu bara, galena, pasir silika, dan lainnya, tetapi generasi mendatang pun harus tetap mendapatkan apa yang mereka perlukan. Oleh sebab itu, keberlanjutan (sustainability) harus menjadi motif penting dalam pertambangan nikel.
Terkait dengan hal tersebut, maka kesepahaman mengenai rantai suplai nikel berkelanjutan (sustainable nickel supply chain) menjadi suatu keharusan sebagai salah satu usaha menjaga sumber daya dan cadangan mineral. Suka tidak suka, harus ada standardisasi environment, social, governance (ESG) sebagai koridor utama tata kelola pertambangan yang baik. (Aninda/RDj)
Berminat menjadi peserta TOT APNI Seri 5?
Anda dapat mendaftar diri melalui https://www.apni.or.id/formRegisTOT
atau menghubungi Nomor 08176756588 dan e-mail: admin@apni.or.id.